Kamis, 19 Mei 2011

Pergeseran Pasar Tradisional Menjadi Pasar Modern di Surabaya

A. Latar Belakang
Perputaran kehidupan masyarakat terutama masalah ekonomi salah satunya dipengaruhi oleh pasar atau market. Pasar adalah sebentuk organisasi dimana pembeli dan penjual terhubungkan satu sama lain dengan hubungan yang erat. Di dalam pasar tersebut, terdapat satu atau beberapa orang produsen yang menjajakan barang-barangnya bagi konsumen. Sehingga mengakibatkan adanya tranksaksi antara kedua bela pihak yakni pembeli dan penjual. Tranksaksi merupakan kesepakatan dalam jual beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Pada zaman-zaman yang telah silam istilah pasar hanya dikaitkan dengan suatu lokasi geografis tertentu. Untuk keperluan sekarang ini, pasar selalu dihubungkan dengan suatu produk tertentu, seperti pasar sayur-mayur, pasar mobil, pasar tekstil, pasar tenaga kerja, dan sebagainya.
Adapun pasar itu sendiri mempunyai tiga fungsi yaitu: pertama, pasar berfungsi sebagai penentu nilai. Yakni nilai produk yang diperdagangkan. Di dalam sebuah perekonomian pasar (market economy), harga merupakan pengukur nilai. Jadi, di pasar itulah harga produk ditetapkan untuk saling disepakati, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Kedua, pasar mengorganisasikan produksi. Yakni, pasar tersebut akan menggunakan metode produksi yang mempunyai produktivitas tertinggi. Ketiga, pasar mendistribusikan produk. “for whom shall goods be produced” dan pertanyaan ini dijawab melalui pembayaran atas harga faktor produksi. Sehingga yang menghasilkan paling banyak tentu akan mendapat paling banyak pula.
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar konkrit adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur. Sedangkan pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Berdasarkan manajemen pengelolaan pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar dan para pengelolanya bermodal kecil. Contoh pasar tradisional wonokromo Surabaya. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.
Berdasarkan manajemen pelayanan pasar dibagi menjadi: a. Pasar swalayan (supermarket), yakni pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi. b. Pertokoan (shopping centre) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. c. Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki atau disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.
Jenis-jenis pasar tersebut seperti pasar tradisional yang ada di Surabaya membentuk ciri khas gaya hidup tersendiri dan berpengaruh pada pola perilaku masyarakat Surabaya. Gaya hidup pada pasar tradisional kental sekali dengan kesederhanaan dan suka dengan sosialisasi dengan masyarakat yang lain. hubungan antara pihak penjual dan pembeli di pasar tradisional tersebut mengutakan toleransi, tolong-menolong, bercakap-cakap untuk membina hubungan baik antara pedagang dan pembeli, yang tidak mengakibatkan kerugian diantara kedua bela pihak. Hubungan pedagang pasar dengan pembeli membutuhkan suatu hubungan yang khusus dan pedagang biasanya berusaha mempunyai pelanggang khusus atau tetap.
Munculnya pasar atau pusat perbelanjaan modern yang sekarang sangat marak dibangun besar-besaran di Surabaya. Seperti Plaza Surabaya, World Trade Center (WTC), Tunjungan Plaza (TP), Mall Galaxy, Hi-Tech Mall, ITC Mega Grosir, City of Tomorrow, BG Junction, Maspion Square, Golden City Mall, Plaza Marina, Darmo Trade Center, Pasar Atom Mall, Surabaya Town Square, Pakuwon Trade Center-Supermall Pakuwon Indah (PTC-SPI), Royal Plaza, Pasar Turi Mall, Jembatan Merah Plaza, dan Empire Palace. Termasuk yang masih dalam proses pengerjaan diantaranya Ciputra World Surabaya milik PT Ciputra Surya Tbk serta Grand City Mall besutan PT Hardaya Widya Graha. Serta tidak mau ketinggalan, pengembang PT Bukit Darmo Property Tbk juga tengah membangun LenMarc Shopping Mall. Adanya serbuan mall ini seolah-olah belum bisa memunuhi kebutuhan masyarakat lewat pasar tradisional dan dapat dipandang sebagai show of force (unjuk gigi) kepada publik bahwa Surabaya memang kota metropolis terbesar kedua setelah Jakarta. Dan, sebagaimana layaknya kota metropolis pembangunan fisik selalu diutamakan.

B. Pergeseran Pasar Tradisonal Menjadi Pasar Modern
Banyaknya daftar pasar tradisional di Surabaya diantaranya pasar Keputran, Wonokromo Lama, Kapasari Baru, Asmotomo, Pucang Anom, Gubeng Kertajaya Kendangsari, Pacar Keling, Ambengan Batu, Gubeng Masjid, dan masih banyak lagi pasar tradisional yang ada di Surabaya.
Pasar-pasar tradisional tersebut pemiliknya bermodal kecil yang identik dengan PKL (Pedagang kaki Lima). Di Surabaya, fenomena penggusuran pasar tradisional sering terjadi. Kebijakan investasi pembangunan kota lebih
berorientasi pada pembangunan investasi dengan pola modernisasi pasar.
Padahal kebijakan seperti itu yang justru menimbulkan banyak masalah,
terutama masalah pengabaian terhadap pasar-pasar tradisional. Perubahan
yang begitu, dengan munculnya pasar-pasar modern sering meninggalkan
potensi ekonomi rakyat kecil yang sudah lama dibangun dan menjadi
sumber kehidupan.
Dalam (Surabaya, Kompas.com) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/4/2011). Kepala Satpol PP Kecamatan Gayungan Agus Suyono mengemukakan bahwa pengamanan ekstra dilakukan petugas gabungan setiap hari pukul 16.00-21.00. "PKL yang masih berada di bahu jalan kami imbau untuk merapat hingga ke depan pasar agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas di Jalan Keputran," katanya. Dalam menertibkan pedagang, petugas menggunakan pendekatan personal dan persuasif. "Jika pedagang tidak mengindahkan imbauan, kami terus melakukan pendekatan sampai mereka sadar," ungkapnya.
Pasar tradisional Keputran menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran, lauk-pauk, dan buah-buahan. Penjual di pasar berusia puluhan tahun itu terus menjamur hingga di luar area pasar, dan memadati jalan di sekitarnya sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Hal tersebut yang semakin memicu pemkot Surabaya untuk merelokasi pasar tradisional tersebut untuk dialihkan pada pasar modern. Sehingga, pemkot Surabaya gencar-gencarnya membangun mall-mall di Surabaya dan mengakibatkan beralihnya para pembeli atau konsumen ke tempat-tempat pembelanjaan atau mall-mall tersebut. Karena didukung dengan teman yang nyaman dan fasilitas yang bagus.

C. Bukan Social Norm, Tapi Market Norm
Paradigma pemerintah tentu lebih jauh berbeda. Pemerintah berupaya
bagaimana membangun pasar yang megah dan besar, yang bisa dilihat bahwa
kota Surabaya telah berhasil membangun secara fisik. Tetapi pengabaian hak
ekonomis, sosial, dan budaya masyarakat kecil nampaknya bukan menjadi
prioritas utama.
Mengadopsi istilah yang sering dikemukakan oleh pakar bisnis dalam menjalankan bisnisnya yakni istilah Market Norm atau norma pasar. Hal tersebut menjadi kunci utama untuk menjalankan roda perekonomian yang selalu melihat kondisi bagaimana yang dibutuhkan oleh market, tentu dengan tujuan mendapat untung yang besar tanpa mendapatkan kerugian sedikitpun yang sudah menjadi teori ekonomi yakni dengan modal yang sedikit bisa mengdatangkan berlipat ganda keuntungan atau profit. Sehingga, pihak yang bersangkutan mengabaikan Social Norm atau norma sosial yang mengedepankan nilai kemanusiaan daripada kepentingan yang mungkin hanya dirasakan oleh sebagian kalangan masyarakat. Yakni seperti melakukan penggusuran PKL di pasar-pasar tradisional yang ada di Surabaya dan juga membakar atau menghanguskan pasar tradisional tersebut.
Mengacu Market Norm, adanya pusat perbelanjaan modern seperti mall-mall di Surabaya ini adalah: Pertama, dengan menghadirkan mall akan memicu kenaikan pendapatan daerah akan naik dan tentunya juga pendapatan nasional akan naik. Kedua sebagai kota besar, tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat dianggap jauh lebih tinggi dari kota-kota besar lainnya. Itulah salah satu daya tarik utama bagi para pengembang untuk agresif membangun mall-mall di Surabaya. Karena mall cenderung membidik masyarakat konsumtif. Dan ketiga, menarik para investor untuk menanamkan dana pada mall-mall tersebut.

Daftar Pustaka
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://syadiashare.com/jenis-jenis-pasar.html. (online). Diakses pada 29 April 2011.
http://www.g-excess.com/id/pengertian-pasar-menurut-fisik-pasar.html. (online). Diakses pada 29 April 2011.
http://regional.kompas.com/read/2011/04/27/22173433/PKL.Pasar.Keputran.Kembali.Menjamur. (online). Diakses 30 April 2011.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites