Rabu, 25 Mei 2011

Budaya Konsumtif Pengguna Kartu Kredit

A. Pendahuluan
Pusat-pusat perbelanjaan yang makin menjamur di Indonesia mendorong masyarakat untuk lebih konsumtif dalam kehidupan sehari-hari. Surabaya misalnya, salah satu kota yang bisa masuk kategori sangat makmur. Mulai mall yang sekadar untuk tempat nongkrong hingga mall papan atas yang khusus menjual barang barang bermerek mahal semuanya tersedia. Di kota yang berjuluk Kota Pahlawan itu kini sudah ada sekitar 20 mall lebih dan beberapa diantaranya masih dalam proses pengerjaan termasuk diantaranya Plaza Surabaya, World Trade Center (WTC), Tunjungan Plaza (TP), Mall Galaxy, Hi-Tech Mall, ITC Mega Grosir, City of Tomorrow, BG Junction, Maspion Square, Golden City Mall, Plaza Marina, Darmo Trade Center, Pasar Atom Mall, Surabaya Town Square, Pakuwon Trade Center-Supermall Pakuwon Indah (PTC-SPI), Royal Plaza, Pasar Turi Mall, Jembatan Merah Plaza, dan Empire Palace. Termasuk yang masih dalam proses pengerjaan diantaranya Ciputra World Surabaya milik PT Ciputra Surya Tbk serta Grand City Mall besutan PT Hardaya Widya Graha. Tak mau ketinggalan, pengembang PT Bukit Darmo Property Tbk juga tengah membangun LenMarc Shopping Mall. Adanya serbuan mall ini dapat dipandang sebagai show of force (unjuk gigi) kepada publik bahwa Surabaya memang kota metropolis terbesar kedua setelah Jakarta. Dan, sebagaimana layaknya kota metropolis pembangunan fisik selalu diutamakan.
Sifat konsumtif menimbulkan kesadaran seseorang untuk bisa memiliki alat bantu yang bisa mempermudah proses transaksi, tanpa harus membawa uang tunai dalam jumlah besar. Keadaan ini dimanfaatkan para pengusaha untuk meningkatkan keuntungan perusahaan dengan menawarkan produk-produk dengan makin gencar, salah satunya adalah pengusaha kartu atau bank (Soebhektie dalam Adrianto & Achmad, 2002: 36).
Bank-bank di Indonesia pada umumnya mengeluarkan dua jenis kartu yaitu kartu debit dan kartu kredit. Hingga akhir tahun 2003, bank-bank di Indonesia telah menerbitkan 13 juta kartu debit dan 4 juta kartu kredit. Kepemilikan kartu debit memang lebih banyak dibandingkan kartu kredit karena sikap orang Indonesia yang tidak mau pusing memikirkan hutang sehingga lebih memilih kartu debit. (www.kompas.com/2003).
Kartu kredit menawarkan banyak kemudahan-kemudahan. Kemudahan dan manfaat yang menjanjikan tersebut menarik banyak nasabah untuk memiliki kartu kredit. Keberhasilan penawaran kartu kredit ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah pemegang kartu kredit yang sangat tajam dari tahun ke tahun. Kartu kredit yang diterbitkan di Indonesia pada tahun 1999 sebanyak 2.360.000 keping sedangkan hingga tahun 2004 tercatat lebih dari 5.500.000 keping (Sucipto, 2004: 16). Pertumbuhan kepemilikan kartu kredit meningkat pesat pada akhir tahun 2005 karena tercatat ada 7.000.000 keping kartu kredit yang beredar (Elisabeth, 2005: 2). Kondisi demikian menunjukkan bahwa kartu kredit telah menjadi suatu kebutuhan yang dianggap cukup penting bagi sebagian masyarakat Indonesia.
Kebiasaan bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit dan bukan dengan uang tunai menjadi sangat diminati khususnya oleh masyarakat kota karena bisa menghemat waktu dan memberikan banyak keuntungan bila digunakan, misalnya mendapatkan bonus poin atau potongan harga (www.kompas.com/2003).

B. Pembahasan
Berbicara tentang belanja. Tentunya tidak jauh dari sebuah minat atau dorongan yang muncul dari diri. Secara teoretis, minat dirumuskan sebagai kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2003: 151). Dalam konteks ini, minat berbelanja dengan menggunakan kartu kredit dapat diartikan sebagai kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan transaksi dengan menggunakan kartu kredit.
Kartu kredit adalah sebuah alat pembayaran yang berupa sebuah kartu yang tertera nama dan tanda tangan pemilik dan dapat digunakan untuk membayar barang yang dibeli dengan dana yang dipinjamkan oleh suatu instansi di tempat-tempat yang bersedia menerima pembayaran tanpa harus mengeluarkan uang tunai.
Berpangkal dari konsep minat dan kartu kredit seperti yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menggunakan kartu kredit adalah perasaan tertarik yang disertai dengan perasaan senang untuk menggunakan alat pembayaran berupa kartu yang dananya dipinjamkan oleh suatu instansi di tempat-tempat yang bersedia menerima pembayaran tanpa harus mengeluarkan uang tunai.
Salah satu aspek yang mempengaruhi budaya konsumtif adalah gaya hidup yang merupakan ekspresi dari keseluruhan kepribadian yang ada pada diri individu dalam berinteraksi dengan lingkungan serta tercermin dalam cara individu memanfaatkan waktu dan uang, minat yang dimiliki, dan pandangan mengenai hal-hal yang berlangsung di sekitar individu yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku individu tersebut, termasuk dalam menentukan pilihan konsumsinya.
Seseorang yang termasuk segmen gaya hidup achievers adalah seseorang yang berorientasi pada status, suka mencapai sasaran diri melalui ketrampilan dan kerja. Achievers memiliki kemampuan yang tinggi dan aktif serta memiliki komitmen yang tinggi terhadap keluarga dan pekerjaan. Sebagian besar dari achievers mengganggap pekerjaan sebagai sarana yang tepat untuk mendapatkan kesempatan berkarier dan imbalan materi (SRI, 2005).
Achievers memiliki kontrol yang cukup baik dalam hidup, menganggap citra diri sebagai suatu upaya untuk menunjukkan kesuksesan yang telah mereka raih. Oleh karena itu, achievers lebih suka membeli produk dan menggunakan jasa yang sudah terkenal dan memiliki gengsi yang tinggi. Kehidupan achievers yang banyak bekerja dan kurang rekreasi menjadikan mereka mudah tertarik dengan segala perangkat yang bisa menghemat waktu (Hawkins, Best, & Coney, 2004).

C. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya konsumtif pengguna kartu kredit dipengaruhi oleh gaya hidup sebagai citra diri untuk menunjukkan kesuksesan yang telah mereka raih. Para pengguna kartu kredit suka membeli produk dan menggunakan jasa yang sudah terkenal dan memiliki gengsi yang tinggi.
Pihak bank sendiri semakin gencar untuk bersaing memberikan pelayanan yang terbaik dan mudah sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan dengan menawarkan produk-produk yang menarik untuk mendapatkan nasabah.

Daftar Pustaka
Adrianto, F., Achmad A . 2002. Kartu kredit : Kayuhan BNI mengejar Citybank. Warta Ekonomi.
Elisabeth, B. 2005. Merancang Keuangan Lewat Kartu Kredit, Tabloid Bisnis Uang.
Hawkins, D. I., Best, R. J., & Coney, K. A. 2004. Consumer Behavior : Building Marketing Strategy. 9 edition. New York : McGraw Hill.
Sucipto. 2004. Bisnis kartu kredit (jangan) terlalu melejit. Warta Ekonomi.
SRI Consulting Business Intelligence. 2005. The VALS Segments. (online). Diakses 29 Juni 2005 dari http://www.sric-bi.com/VALS.
Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
www. Kompas.com/2003. Diakses pada 27 Maret 2011.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites