Senin, 30 Agustus 2010

Pengertian Sosiologi


Sosiologi
berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Sehingga pada umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.



Sosiologi merupakan suatu ilmu sosial yang mempelajari tentang hubungan yang terjadi dalam masyarakat (interaksi sosial) dan proses yang terjadi akibat hubungan tersebut masyarakat, serta mempelajari fakta-fakta yang ada dimasyarakat yang mungkin dapat dipakai untuk menyelesaikan masalah yang muncul dalam masyarakat tersebut. Sehingga dalam pengantar sosiologi ini kita akan mempelajari mulai dari masyarakat itu sendiri, proses interaksi dalam masyarakat, proses sosialisasi, kebudayaan, stratifikasi, perubahan sosial, kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan sampai pada masalah-masalah sosial. 

Sosiologi menurut beberapa tokoh sosiolog:
1. Pitirim Sorokin
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.

3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.


4.  J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.



5.  Max Weber Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.



7. Paul B. Horton  
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.

8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.


9.  William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.

10. Allan Jhonson  
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

11. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Sabtu, 28 Agustus 2010

Dell inspiron mini 10

Pine Trail N450 memang merupakan processor Atom keluaran terbaru Intel. Sudah tentu banyak pihak mulai melirik processor canggih ini yang mana tak hanya lebih canggih dibanding generasi sebelumnya tapi juga lebih hemat energi pemakaiannya.
Mengikuti era baru dengan Pine Trail, akhirnya Dell mengupdate netbook Inspiron Mini 10 dengan membundelnya processor Intel Pine Trail Atom N450 berkecepatan 1.66GHz. Dengan memori 1GB RAM dan kapasitas hardisk mencapai 160GB ataupun 250GB, netbook ini juga dilengkapi dengan Broadcom Crystal HD.
Laptop berukuran 10.1 inchi ini beresolusi 1024×600 ataupun 1366×768. Sebagai tambahan, netbook ini juga sudah dilengkapi dengan SRS Surround Sound. Tersedia laptop dengan baterai 3-cell atapun 6-cell. Juga terdapat HDTV tuner dengan GPS. Untuk sistem operasi, netbook ini terdapat pilihan untuk menggunakan Windows 7 Starter, Windows XP Home ataupun Ubuntu. Kabarnya laptop ini akan benar-benar diresmikan pada bulan Januari 2010 dengan kisaran harga 299 USD atau sekitar 3 juta rupiah.

Rabu, 25 Agustus 2010

KENangan PIMNAS OW... BALI 2010

kangen sama kenangan saat PIMNAS 2010 di Bali, fah, Heny dan Fath dan juga Luky... sayang g ada foto dia niee disini si Luky.. dia yang paling pendiam diantara kita2 niee... haha...











Sarjana Pendidikan Tak Otomatis Mengajar

GAYUNGAN, berbagai problem pendididikan tumpah dalam seminar nasional bertema Analisis Kebijakan Pendidikan di Indonesia di kampus Unesa ketintang kemarin (23/5). Pakar pendidikan yang juga bakal rector Unesa Prof Muchlas Samani mengajak semua elemen berbenah, tidak mencari kambing hitam.
Ketua Dewan Pendidikan Jatim Daniel M. Rosyid menyebut, sekolah saat ini hanya mencari tempat guru mengajar, bukan tempat siswa belajar. Dalam kenyataan sekarang, jika guru atau lembaga pendidikan hanya menempatkan diri sebagai penyedia jasa, posisinya belum sesuai harapan konsumen.
“bnayak seklai indikatornya,” papar Daniel yang menjadi salah satu narasumber. Contohnya sebut dia, konsumen menaruh kesan negatif terhadap guru. Misalnya keluhan dan kasus pungutan-pungutan saat pendaftaran siswa baru.
Indikator lain ialah minimnya kemauan guru untuk mengembangkan budaya membaca. Salah satu dampaknya, nilai bahsa Indonesia siswa jatuh saat unas. “kalau bahasa sudah amburadul, eksistensi Negara bisa terancam,” lanjut Daniel.
Titik, peserta seminar dari kalangan guru, mengatakan, banyak ketidakjujuran yang mewarnai proses sertifikasi guru. Terjadi akal-akalan guru dan kepala sekolah. Dia menyebut, memanipulasi jumlah jam mengajar sangat umum dilakukan. Termasuk , memesan karya tulis ilmiah kepada orang lain untuk menambah nilai.
Menanggapi berbagai masalah tersebut, Prof Muchlas Samani yang juga narasumber mengatakan sudah bukan saatnya lagi mencari kambing hitam, “mari bersama-sama kita berbenah,” katanya. Untuk menggenjot profesionalisme guru, lanjut dia, ke depan lulusan S1 kependidikan belum tentu bisa langsung mengajar . “Mereka harus menempuh pendidikan profesi guru (PPG),” jelas MUchlas.
Selain itu, mulai tahun depan kurikulum di keguruan diubah. Materi-materi yang bersifat praktis bakal digeser ke PPG. Diantaranya, praktik mengajar, penyusunan rencana pelaksaan pembelajaran (RPP), dan pembuatan media pembelajar. “S1 murni masalah materi dan metode mengajar,” ungkap Muchlas yang sudah terpilih dalam pemilihan rector Unesa. Dia berharap, jika program PPG itu berjalan mulus, pada 2018 seluruh guru baru dipastikan lulus PPG.

SEMAKIN MISKIN SEMAKIN BERGIZI BURUK

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah ruah. Namun, hal tersebut tidak imbang dengan fenomena banyaknya masyarakat Indonesia yang menderita gizi buruk. Dimana dengan sumber daya alam yang melimpah ruah tersebut, masyarakat Indonesia diharapkan hidup sejahtera dan tidak menderita. Penderita gizi buruk di Indonesia dapat dilihat dari data penelitian Lembaga Pangan Dunia (WFP) pada awal tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta.
Data lain yakni berdasarkan hasil riset Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk Provinsi Jawa Timur tercatat di Surabaya ada sekitar 250 ribu balita, dimana 300 di antaranya menderita gizi buruk, 90 persennya berada di wilayah Surabaya Utara seperti, Pegirian, Wonokusumo, Semampir, Gadang. dan Sidotopo. Daerah ini merupakan wilayah urban yang padat penduduk dan terkesan kumuh karena kurang memperdulikan pentingnya arti kebersihaan.
Terkait dengan anggaran di bidang kesehatan, pada tahun 2010, terjadi peningkatan anggaran kesehatan menjadi Rp 236,17 miliar dari sebelumnya Rp 231,58 miliar. Anggaran kesehatan itu akan digunakan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat miskin, pemerataan layanan kesehatan, serta peningkatan sarana dan prasarana kesehatan. Usaha peningkatan kualitas kesehatan tak bisa lepas dari faktor pendidikan. Sebab, pendidikan memegang peran untuk mengarahkan paradigma masyarakat pada kesehatan. Hanya saja peningkatan anggaran tersebut belum terlihat efektifitasnya dalam pengentasan kemiskinan di Surabaya.

Hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan kondisinya terutama yang berada dalam garis kemiskinan. Dari segi medis gizi buruk dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kecerdasan anak, rabun senja dan penderita gizi buruk rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Ini disebabkan karena minimnya pengetahuan orang tua tentang cara penanganan gizi buruk dan pola perilaku hidup sehat.
Kenaikan harga bahan pokok yang cukup tinggi seperti saat ini memicu pada peningkatan jumlah orang miskin dan penderita gizi buruk. Ini bisa terjadi pada masyarakat yang berpenghasilan rendah dan tetap. Masyarakat tersebut membatasi pengeluaran untuk kesehatan dan biaya pendidikan, pola makan yang hanya satu atau dua kali dalam sehari. Untuk menghemat konsumsi masyarakat tersebut biasanya membeli makanan dengan mutu yang rendah sehingga kualitas gizi dan kesehatanpun juga rendah.
Orang tua miskin akan mengajak seluruh anggota keluarga turut bekerja dengan waktu yang lama tanpa memperhatikan kesehatan diri. Semuanya dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan perekonomian keluarga. Pendek kata, masyarakat tersebut harus dapat mengencangkan ikat pinggang dengan meredusir kebutuhan agar pengeluarannya tidak terlalu banyak.
Selain kemiskinan, faktor perilaku hidup sehat yang salah karena ketidaktahuan juga terjadi kepada penduduk miskin. Misalnya, di kalangan orang tua miskin anggaran untuk merokok dan minum kopi sering kali lebih penting daripada untuk memenuhi asupan gizi anak.
Keadaan masyarakat yang dalam garis kemiskinan menjadikan segala sesuatu yang harusnya mudah untuk diperoleh dan didapatkan menjadi suatu hal yang sulit. Seperti untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, pendidikan, pelayanan kesehatan yang kebanyakan segala sesuatunya didasarkan nilai materi untuk mendapatkannya. Namun, dengan keadaan yang memprihatinkan yakni kemiskinan yang menimpa masyarakat tersebut. Hal tersebut sulit untuk diperoleh atau didapatkan secara optimal. Sehingga pengetahuan mengenai kesehatanpun masyarakat miskin tersebut tidak mengetahuinya yang menjadikan banyak masyarakat miskin yang menderita gizi buruk.
Pembahasan
1. Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan, dan kedokteran. Gizi buruk merupakan bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi. Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal dua tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Apabila sedikit di bawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh di bawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi, istilah gizi buruk adalah salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut. Anak yang bergizi kurang, berarti kekurangan gizi pada tingkat ringan atau sedang, belum menunjukkan gejala sakit. Dia seperti anak-anak lain, masih bermain dan sebagainya, tetapi jika diamati dengan saksama badannya mulai kurus.
Gizi buruk bisa disebabkan oleh dua faktor yang saling terkait yaitu zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor tersebut secara tidak langsung disebabkan salah satunya oleh ketahanan dan keamanan pangan. Ketahanan dan keamanan pangan merupakan suatu hal yang erat kaitannya dengan pembangunan pertanian dalam peningkatan gizi bagi masyarakat. Ketahanan pangan menuntut kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangan yang diperlukan secara sustainable (berkelanjutan) dan juga menuntut kondisi yang memudahkan masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya bagi masyarakat lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat). Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan masyarakat terutama masyarakat lapisan bawah (miskin). Sehingga seringkali msayarakat tersebut belanja seadanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari tanpa memperhatikan nilai gizi.
Menurut situs Dinas Kesehatan Pemda Kota Jakarta, keadaan gizi buruk secara klinis dibedakan menjadi 3 macam yaitu: Kwashiorkor, Marasmus, dan Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi patologis ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara berkembang yang berada dalam rentang usia tidak lagi menyusui. Ini disebabkan karena pada usia tersebut terjadi peningkatan kebutuhan energi serta peningkatan kerentanan terhadap infeksi virus atau bakteri. Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor tidak dapat didefinisikan secara jelas menurut perbedaan kurangnya asupan makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang ditunjukkan penderita.
Tanda-tanda kwashiorkor meliputi: demam di seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki, wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis, rambut berwarna kepirangan, kusam, dan mudah dicabut, otot-otot mengecil, teramati terutama saat berdiri dan duduk, bercak merah coklat pada kulit, yang dapat berubah hitam dan mengelupas, menolak segala jenis makanan (anoreksia), sering disertai anemia, diare, dan infeksi. Sedangkan tanda-tanda marasmus, anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, perut cekung, kulit keriput, sering disertai diare kronik atau sembelit. Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut.

2. Budaya Kemiskinan yang Membelenggu
Banyak kalangan menganggap bahwa gizi buruk akibat ketidakmampuan seseorang memenuhi kebutuhan makanan yang bergizi yang diakibatkan oleh minimnya pendapatan. Di sisi lain, pemerintah sejak puluhan tahun lalu telah mempropagandakan istilah “empat sehat lima sempurna”, itu yang sebenarnya harus diperjuangkan dan dipakai sebagai indikator kemiskinan paling mudah dan paling sederhana untuk dipahami oleh masyarakat luas. Gerakan pengentasan gizi buruk sangat dekat dengan pengentasan kemiskinan, sebab faktor kemiskinanlah yang menyebabkan gizi buruk.
Kemiskinan dalam berbagai kepustakaan diartikan sebagai suatu standar hidup yang paling rendah. Sar A. Levitan (1980), misalnya, mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar yang layak. Bradley R. Schiller (1980), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksanggupan untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sosial yang terbatas. Dengan nada yang sama kemiskinan didefinisikan Emil Salim (1980), sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. John Friedmann (1979), mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi: modal yang produktif atas aset (misalnya, tanah, perumahan, peralatan, kesehatan, dan lain-lain), sumber keuangan (income dan kredit yang memadai), organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (partai politik, sindikat, koperasi, dan lain-lain), network atau jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna untuk memajukan kehidupan anda. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan "buatan" terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang hanya terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan.
Perbedaan para ahli dalam mendefinisikan kemiskinan juga berbeda ketika mendefinisikan penyebab kemiskinan. Pertama, ada ahli yang mengatakan bahwa kemiskinan pada dasarnya bersumber pada sebab alamiah (naturally poor). Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu masyarakat atau seseorang yang mengalami kemiskinan disebabkan negara, kota atau desa tempat tinggalnya yang secara alamiah kurang atau tidak memiliki kekayaan alam. Kedua, bersumber pada sistem ekonomi yang dianut suatu negara yang bersumber pada sistem kapitalis yang bersifat sangat eksploitatif. Ketiga, kemiskinan juga terjadi karena suatu negara tidak mempunyai modal untuk pembangunan. Keempat, kemiskinan terjadi karena negara tidak memiliki orang yang terlatih, terdidik, atau tidak mempunyai pengalaman teknis dan administratif. Kelima, penyebab kemiskinan selalu dikaitkan dengan kecenderungan sifat hakiki suatu bangsa. Keenam, negara menjadi miskin karena terus-menerus dirugikan oleh negara-negara industri, terutama dalam masalah perdagangan bahan mentah dan hasil pertanian. Ketujuh, kemiskinan disebabkan karena latar belakang sejarah masa lampau (Suyanto, 1990).
Orang yang hidup dalam kelompok miskin bukan berarti menyerah begitu saja terhadap tekanan yang menimpanya. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi tekanan ekonomi terutama ketika menghadapi masa-masa krisis, misalnya, mengikat sabuk lebih kencang dengan jalan makan sekali sehari dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah (Scott, 1981). Senada dengan itu, Carner (1988) mengemukakan bahwa mereka bekerja lebih banyak dengan lebih sedikit makan, yang berarti meminimalkan konsumsi dan bahan-bahan pokok lainnya. Kondisi ini ditunjukkan melalui upaya subsistensi swadaya yang mencakup kegiatan, seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai sebagai tukang kecil, buruh lepas atau bermigrasi (Scott,1981). Berkaitan dengan upaya meningkatkan penghasilan Carner (1988) menyebutkan bahwa salah satu strategi pelangsungan hidup yang ditempuh oleh kelompok miskin adalah para anggota rumah menganekaragamkan kegiatan-kegiatan kerja mereka. Selain itu Robert Hirschan mengungkapkan bahwa strategi untuk menghadapi tantangan hidup bagi kaum miskin dilakukan melalui tiga perilaku yaitu menyingkir, bersuara, menyesuaikan diri. Strategi pertama menyingkir adalah strategi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat miskin, baik melalui migrasi maupun menyekolahkan anak dengan harapan kelak akan memperoleh kehidupan yang lebih layak di lain tempat. Strategi kedua yaitu bersuara, yang diwujudkan melalui pengorganisasian kekuatan dan unjuk rasa, namun hal ini tidak umum dilakukan. Strategi yang terakhir adalah penyesuaian diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Strategi ini merupakan strategi paling umum yang dilakukan masyarakat miskin (Robert Chambers. 1987:182-183).
Dari kaca mata Sosiologis fenomena ketimpangan sosial ini tampak mengarahkan kepada bentuk kemiskinan struktural. Menurut Selo Soemardjan (1980) adalah bentuk kemiskinan struktural. Yakni kemiskinan yang diderita oleh golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka.
Lebih lanjut, kemiskinan ini akan tetap terpelihara jika dimantapkan dengan sikap masyarakat yang nrimo memadang kemiskinan sebagai nasib, bahkan sebagai takdir Tuhan. Akibatnya nilai kritis atas kemiskinan yang melingkupi sebagian warga miskin kota menjadi kecil bahkan hilang.
Data di Indonesia dan di negara lain menunjukkan adanya hubungan antara kurang gizi dan kemiskinan. Proporsi anak yang gizi kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi; makin tinggi pendapatan, makin kecil persentasenya. Hubungannya bersifat timbal balik. Kurang gizi berpotensi sebagai penyebab kemiskinan melalui rendahnya pendidikan dan produktivitas. Sebaliknya, kemiskinan menyebabkan anak tidak mendapat makanan bergizi yang cukup sehingga kurang gizi dan seterusnya.
Kemiskinan merupakan penghambat keluarga untuk memperoleh akses terhadap ketiga faktor penyebab di atas. Kemiskinan tidak memungkinkan anak balita mendapat MPASI (makanan pengganti air susu ibu) yang baik dan benar. Kemiskinan dan pendidikan rendah membuat anak tidak memperoleh pengasuhan yang baik sehingga anak tidak memperoleh ASI, misalnya. Kemiskinan juga menghambat anak memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.

3. Kurang Optimalnya Peran Pemerintah
Permasalahan gizi buruk merupakan masalah yang sulit untuk diatasi. Penyebabnya tak lain adalah karena faktor kemiskinan yang sudah membudaya. Kemiskinan adalah masalah jangka panjang yang seharusnya diatasi melalui program jangka panjang pula, dan tentu saja harus dimulai dari program jangka pendek. Misalnya untuk kasus di Bali, pendataan masyarakat miskin mungkin lebih tepat dilakukan oleh pihak desa pakraman yang tentunya harus bekerja sama dengan pemda, BPS atau BKKBN yang memiliki kewenangan secara formal. Dalam jangka panjang, tentu saja, pihak yang berwenang harus melakukan sensus bukan sampling untuk memperoleh data yang akurat tentang kemiskinan dengan berbagai indikator yang dapat dipahami dan disepakati oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Sekarang sangat ironis, program-program pemerintah dirancang tidak sesuai kebutuhan masyarakat karena pemimpin kita miskin data tentang kemiskinan.
Ada persoalan sangat penting yang hampir dilupakan oleh pemerintah yakni kenaikan harga-harga kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, energi BBM dan listrik yang tentunya akan menjadi faktor pemicu cepatnya angka kemiskinan di Indonesia. Faktor ketidakmampuan masyarakat memenuhi kebutuhan pokok juga disebabkan oleh rendahnya pendapatan masyarakat buruh atau pegawai yang hampir tidak pernah mendapat regulasi yang bijaksana. Sehingga masyarakat tidak salah memvonis bahwa pemerintah lebih memihak para pengusaha investor.
Seharusnya, jika ada komponen kebutuhan pokok dinaikkan tentunya komponen pendapatan masyarakat layaknya juga harus naik untuk menciptakan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Dalam kenyataannya, tidak pernah terjadi di masyarakat, jika ada kenaikan pendapatan selalu lebih rendah dari kenaikan harga-harga sehingga lambat laun gap atau ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran semakin besar saja. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, hampir dapat dipastikan beberapa puluh tahun lagi kita akan mengalami kebangkrutan masyarakat secara massal dan tentunya akan berdampak tidak hanya pada gizi buruk, tetapi juga pada seluruh aspek kehidupan yang lainnya.
Pada masa Orde Baru diperlukan waktu lebih dari 20 tahun untuk mengurangi penduduk miskin dari 40 persen (1976) menjadi 11 persen (1996). Data empiris dari dunia menunjukkan bahwa program perbaikan gizi dapat dilakukan tanpa harus menunggu rakyat menjadi makmur, tetapi menjadi bagian yang eksplisit dari program pembangunan untuk memakmurkan rakyat.
Namun, adanya penyakit KKN akan mengurangi efektivitas pelaksanaan program sehingga program dan proyek yang ditujukan untuk memperbaiki berbagai faktor penyebab (ketahanan pangan, pengasuhan anak, dan pelayanan kesehatan) tidak tampak dampaknya. Sehingga masalah kekurangan gizi tidak akan dapat diatasi sampai tuntas atau minimal mengurangi angkanya.

Penutup
1. Kesimpulan
Keadaan masyarakat yang semakin miskin menjadikan masyarakat semakin bergizi buruk. Karena dengan keadaan miskin segala sesuatu untuk mencukupi kebutuhan pokok bagi diri dan keluarga akan semakin sulit. Terutama dalam hal kesehatan. Masyarakat tersebut akan mengesampingkan masalah kesehatan dan lebih mementingkan pekerjaan untuk mencari sesuap nasi sebagai pengencang ikat pinggang walaupun makanan tersebut tidak ada nilai gizi pun yang terpenting dalam benak masyarakat tersebut bisa kenyang sehingga tidak kelaparan.
Fenomena tersebut membutuhkan peran pemerintah secara optimal agar persoalan gizi buruk tidak berlarut-larut yang menjadikan semakin terpuruknya keadaan negeri ini. program yang baik dan teraplikasi pada masyarakat secara optimal sangat diharapkan untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi penderita gizi buruk ini. program tersebut akan mudah untuk diaplikasikan dengan adanya kerja sama dengan banyak pihak yakni pemerintah, masyarakat secara keseluruhan, dan juga para investor.

2. Saran
Fenomena gizi buruk bagi masayarakat miskin sangat memprihatinkan dan perlu diatasi. Pemerintah diharapkan bisa merumuskan tanggung jawab sosial dari perusahaan (Coorporate Social Responbility) kepada masyarakat dengan pengawasan ketat. Diantaranya merumuskan tentang jaminan penyediaan lapangan pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan, dan sebagainya. Dua yang terakhir adalah menjadi prioritas utama.
Jaminan pendidikan dengan diberikan lewat pelatihan ketrampilan kepada keluarga miskin tentang usaha produktif dan berdaya saing. Hal ini menjadi penting ditengah persaingan serbuan pekerja terdidik dari luar negeri yang masuk ke Surabaya lewat kebijakan ACFTA. Secara lebih lanjut tentang sistem pendidikan yakni sistem yang sejalan dengan kultur dan wilayah itu.pendidikan harus lebih berorientasi pada praktik perdagangan, pelabuhan, industri dan jasa. Dengan demikian, warga di wilayah yang 47 persen penduduknya tidak tamat SD tersebut tergerak sendiri untuk mencari pendidikan. (Jawa Pos,2010 ) Sementara, jaminan kesehatan dapat dilakukan dengan cara menyediakan posko kesehatan dan program kesehatan terpadu kepada masyarakat seperti penyediaan sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) yang baik serta penyediaan asupan gizi bagi warga khususnya ibu dan anak dan lain-lain.
Hal ini tentunya harus didukung oleh beberapa faktor diantaranya dengan dukungan dari pemerintah tentang adanya pemberdayaan bagi wanita-wanita pada daerah tersebut. Dengan adanya pemberdayaan bagi wanita-wanita diharapkan agar lebih meminimalkan angka kemiskinan yang terjadi.
Pemerintah telah melakukan upaya berupa kebijakan-kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satu program pengentasan kemiskinan yang saat ini tengah dijalankan adalah Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Upaya lainnya untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan pemberian kredit mikro bagi warga miskin. Kredit mikro merupakan strategi kunci untuk mengentaskan kemiskinan, khususnya untuk memberdayakan penduduk miskin. Kredit mikro adalah mata rantai yang kerap kali hilang bagi keluarga miskin yang mencoba membuka usaha mikro atau kecil untuk mempertahankan hidupnya. Kredit mikro diperlukan guna menyediakan modal untuk memulai atau melanjutkan usaha mikro atau kecil dalam rangka meningkatkan pendapatan. Pemberian kredit mikro memungkinkan masyarakat miskin untuk memiliki masa depan yang lebih cerah, dengan tujuan akhir yaitu kemandirian.
Dalam pembangunan, perempuan termasuk dalam kelompok termiskin dari yang termiskin. Diharapkan hal tersebut menjadi alasan untuk memberi perhatian lebih besar terhadap perempuan, sehingga perempuan layak untuk menjadi sasaran sebagai kelompok utama penerima kredit mikro daripada laki-laki.
Argumen bahwa perempuan layak menjadi sasaran utama pemberian kredit mikro didukung oleh bukti bahwa perempuan lebih mampu bertahan terhadap kemiskinan yang mereka derita daripada pria. Perempuan memiliki cara yang jauh lebih kreatif dalam memenuhi kebutuhan mereka, lebih mampu sedemikian rupa mengolah penghasilan keluarga, dan sangat fleksibel mengkombinasikan pekerjaan domestik mereka, dengan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh pendapatan. Dibanding pria, perempuan jauh lebih teliti dalam jadwal pengembalian kredit. Artinya perempuan lebih disiplin dalam mengembalikan pinjaman. (Sulikah Asmorowati,2009).
Argumen lainnya mengenai memberikan pinjaman kredit mikro bagi perempuan adalah, karena pinjaman tersebut digunakan secara efektif. Ketika diberi kredit mikro, perempuan diyakini memberi manfaat yang lebih bagi keluarga, karena perempuan cenderung menggunakan hampir keseluruhan pendapatannya untuk keluarga, untuk lebih memperhatikan masa depan anak-anak mereka, dan siap berkorban apa saja untuk mewujudkan masa depan tersebut.

Daftar pustaka

Asmorowati, Sulikah.2009.Dampak Pemberian Kredit Mikro Untuk Perempuan: Analisis Pengadopsian Model Grameen Bank di Indonesia. ojs.lib.unair.ac.id/index.php/MKP/article/view/2394/2379 diakses 1 Maret 2010.

Chambers, Robert. 1987. Pembangunan Desa Mulai Dari Belakang. Terjemahan. Jakarta: LP3ES.

http://my.opera.com/stoppenindasan/blog/penderita-gizi-buruk-di-indonesia-mencapai-13-juta-jiwa. Diakses 30 Mei 2010

http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl/Cybernews/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=Cybernews%7C0%7C0%7C3%7C20. Diakses 15 Mei 2010

http://kpudbali.wordpress.com/2008/10/07/gizi-buruk-kemiskinan-data-dan-data-kemiskinan/. Diakses 15 Mei 2010

Jawa Pos.14 Februari 2010.Operasi Wajah Pendidikan di Surabaya Utara (3): Gelontoran Bopda Dipadu Pendidikan Life Skill. Hal.31.

John Friedmann. 1979. “Urban Poverty in Latin America, Some Theoritical Considerations”. dalam (Emil Salim. 1980. “Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan).


Lewis, Oscar. 1993. “Kebudayaan Kemiskinan” dalam Parsudi Suparlan, (Ed.993.Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: LP3ES.

Sar A. Levitan. 1980. “Programs in Aid of the Poor for the 1980’s, Policy Studies in Employment and Welfare” dalam Andre Boy Ala. (Ed.). 1990. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan. Yogyakarta: Liberty.

TAKING POVERTY EFFORT THROUGH GIVING GENDER ORIENTATION MICRO CREDIT AND CRITICAL EDUCATION

Iffah Hidayatur Rohmah, Adnan Khassogi, Siti fatkhiyatul Jannah
History Education Faculty, Surabaya University


ABSTRACT

The building of shopping centers in Surabaya seems contradictive to the complexity of poverty and bad nutrient problems that have not been exceeded completely. Besides the result of building shopping centers, poverty and bad nutrient problems in Surabaya make it bad by realizing that in the year of 2010, the Center Government has already agreed with trading zone ASEAN-China (ACFTA).
The Government has already done effort such as the wisdom to take poverty problem. A program to take poverty problem that has been done is taking city poverty program (P2KP). The ideas that exist in this script, P2KP has to be combined with giving micro credit to the housewife who own micro business. Micro credit is a chain that sometime missing for the poor family who try to open micro business to defend their lives. Micro credit is being needed to supply capital in order to get start or continue their micro business to develop their income. However, in reality, micro credit that still has to use gender-neutral system is not effective because women nowadays are still facing structural obstacle in developing their business. This is become the reason to give more attention toward women. The argument that women are suitable to be the main target of micro credit is being supported by prove that women are able to survive toward the poverty.
The effort of giving micro credit that oriented to the endeavor of women will be effective to solve poverty and bad nutrients problem if also being supported by a proper education to the society. In curriculum planning and basic competence standard is not being limited to the development of life skill, but also to the ability students to think critically. The ability to think critically can make them able to see the existence of social contradictions critically, then change the social contradiction in order to be humanly and equitable. Critical education becomes soft skill that completes student’s hard skill.

Keyword: Poverty, Micro Credit, Gender, Critical Education

UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI PEMBERIAN KREDIT MIKRO BERORENTASI GENDER DAN PENDIDIKAN KRTIS

Iffah Hidayatur Rohmah, Adnan Khassogi, Siti fatkhiyatul Jannah
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Pembangunan mall-mall di Surabaya terlihat kontradiktif dengan kompleksitas permasalahan kemiskinan dan gizi buruk yang masih belum teratasi secara tuntas. Selain akibat dari pembangunan mall-mall, masalah kemiskinan dan gizi buruk di Surabaya bisa semakin parah mengingat bahwa di tahun 2010, pemerintah pusat telah menyetujui pelaksanaan zona perdagangan Asean-China (ACFTA).
Pemerintah telah melakukan upaya berupa kebijakan-kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satu program pengentasan kemiskinan yang saat ini tengah dijalankan adalah program pengentasan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Gagasan yang ada pada tulisan ini, P2KP dikombinasikan dengan pemberian kredit mikro bagi ibu rumah tangga pelaku usaha mikro. Kredit mikro adalah mata rantai yang kerap kali hilang bagi keluarga miskin yang mencoba membuka usaha mikro untuk mempertahankan hidupnya. Kredit mikro diperlukan guna menyediakan modal untuk memulai atau melanjutkan usah mikro dalam rangka meningkatkan pendapatan. Namun dalam prakteknya kredit mikro masih menggunakan sistem netral gender yang kurang efektif karena selama ini perempuan menghadapi hambatan struktural berupa kesulitan dalam pengembangan usaha. Hal tersebut yang menjadi alasan untuk memberi perhatian lebih besar terhadap perempuan. Argumen bahwa perempuan layak menjadi sasaran utama pemberian kredit mikro didukung oleh bukti bahwa perempuan lebih mampu bertahan terhadap kemiskinan yang mereka derita.
Upaya pemberian kredit mikro yang berorientasi pada pemberdayaan perempuan akan semakin efektif untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan dan gizi buruk jika ditopang dengan pendidikan yang memadai bagi warga. Dalam hal perencanaan kurikulum dan standar kompetensi dasar tidak sebatas pada peningkatan life skill, tetapi juga pada kemampuan anak didik untuk berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membuat mereka mampu untuk melihat secara kritis kontradiksi-kontradiksi social yang ada, untuk kemudian mengubah kontradiksi social tersebut agar menjadi lebih manusiawi, adil dan egaliter. Pendidikan kritis merupakan soft skill yang melengkapi hard skill peserta didik.


Kata kunci : kemiskinan, kredit mikro, gender, pendidikan kritis

Kamis, 19 Agustus 2010

Sujud Permohonanku

"Yaa… Allah, jika menurut pengetahuan-Mu
Hal itu baik untukku,
Agamaku,
Hidupku,
Hasil usahaku,
Anugrahkanlah padaku,
Mudahkan dan berkahi.


Tapi jika menurut pengetahuan-Mu
Hal itu jelek untukku,
Agamaku,
Hidupku,
Dan hasil usahaku,
Ubahlah ia untukku


Atau ubahlah aku agar sesuai untuknya.
Berikan padaku apa yang baik menurut-Mu,
Apapun itu,
Dan jadikan aku
Bersyukur karenanya."

(Sabda Nabi Muhammad Saw.) 

TERPENJARA

Aku bagai terpenjara
Dalam sangkar
Tanpa rantai

Keheningan, kesepian
Dan bosanku
Tak terhapuskan
Oleh suara-suara
Yang tak tahu
Itu ada dimana

Ingin aku keluar
Tapi aku punya kewajiban
Yang tak bisa
Tergantikan dengan apapun
Sudahkah ini,
Kan berakhir
Tapi ku ingin ambil hikmah
Dari semua ini


8 Agustus 2007
LuMoetz Az-ZuhRie

LAMUNANKU

Sunyi, sepi
Lamunanku akan hidup ini
Membuat aku melayang
Terbang bersama angan-angan
Yang tak aja ujungnya

Keinginanku semakin membulatkan tekadku
Keinginan tuk menjadi,
Seperti gemuruh angin
Deraikan ombak,
Selalu terselip dalam benakku
Akankah semua itu,
Tergenggam erat
Di jari-jari telapak hidupku

Gunung meletus bersaksi melihatku
Melihat angan-anganku
Mungkin,
angan-anganku
Akan terbawa oleh mahma
Bersama dengan angin topan
Yang menumbangkan pohon-pohon
Menghancurkan gubuk-gubuk
Dan,
Akhirnya terkubur di dalam tanah
Bersama jasad-jasad manusia



LuMoetz Az-ZuhRie

JELAJAH

Jelajah nama
Jelajah hati
Aku bagai orang yang bukan penjelajah

Hanya engkau yang ku jelajah
Hanya nama dan hatimu
Yang selalu mengisi pikiranku

Mengapa kau selalu mengusik hatiku
Menggugah pikiranku
Mengganggu khayalanku

Bahkan,
Aku terlelap dalam khayal
Raga dan jiwamu-



25 November 2006
LuMoetz Az-ZuhRie


PENDERITAAN

Kehidupanku
Adalah milikmu

Langkah-langkahku tak terarah
Tersesatkah aku,
Mungkin juga aku
Kan tenggelam dalam kenistaan

Terjerumus dalam lembah kemaksiatan
Bernafas dengan penderitaan
Bahkan,
Mungkin aku kan dibunuh
Oleh kemaksiatan
Dan akhirnya mati
Oleh penderitaan
Yang tak kunjung sirna


26 Juli 2006
LuMoetz Az-ZuhRie

PERJALANAN

Ludah, lidah
Lidah, ludah
Cuuuiiih …..

Aku hanya sendiri
Bersama cemoohan
Mulut-mulut kemaksiatan
Yang tak henti-henti
Menggumbar dengki
Pertengkaran

Mereka tak sudih melirikku
Apalagi menuntunku
Aku berjalan
Dan terus berjalan
Bersama lalat-lalat kesendirian
Yang tak tahu arah tujuan


23 Juli 2006
LuMoetz Az-ZuhRie

Kamis, 12 Agustus 2010

TERKURUNG

Aku terjebak dalam lubang-lubang kemaksiatan
Akankah aku bisa menghirup udara keberkahan
Ataukah aku akan mati,
Bersama kemaksiatan-kemaksiatan
Dan tetap terperangkap

Sulit dan susah
Bahkan sampai bertaruhkan nyawa
Akankah tuhan tetap memaafkanku
Dan menolongku
Untuk mendapat secercah keberkatan



3 Juni 2006
LuMoetz Az-ZuhRie

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites