Jumat, 14 Mei 2010

Dosenku Cakep, Dosenku Killer

By; LuMoetz ZR




Ups … haus banget, hari ini begitu panas. Nindi mengambil botol minum dari kulkas. Kuliah hari ini sangat melelahkan, masak Pak Firman dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang- 7 kelompok semuanya harus disuruh persentasi. Begitulah jadi dosen enaknya mintak ampuun…, mahasiswa cuma bisa menganggukkan kepala dan mengeluh dalam hati kalau sudah merasa kecapean dikejar deadline tugas dan menghadapi dosen killer seperti pak Firman itu. Kalau tidak seperti itu bisa berabe- dijamin seratus persen pasti ngulang tahun depan. Kalau beliau bukan dosen pembimbing Nindi, Nindi mah udah sering bolos kelas kuliahnya.
***
Malam ini begitu hening dan sepi, anak-anak kos pada pulang semua. Di sini tinggal Nindi dan Erine. Erine emang jarang pulang karena dia orang Jateng dan juga anaknya aktivis kampus. Setaip hari jarang di kosan selalu di kampus kecuali malam, itupun jam 8nan ke atas bahkan jam 9nan ke atas baru ada di kosan. Apa sih yang tidak diikutin Erine, pelatihan, diklat, seminar, dan outbound tak pernah ketinggalan namanya ada di lembar registrasi. Walaupun kesibukannya yang super- super menyita waktu dan semuanya tapi nilai akademiknya nggak pernah yang namanya jeblok.
Sedangkan, Nindi gadis manis yang baik hati tapi banyak malesnya ketimbang rajinnya. Tugas dari dosen selalu diulur-ulur baru mepet waktu deadline jurus SKS-nya dikeluarin, alias sistem kebut semalam. Hari-harinya selalu dibuat nyantai tapi ketika datang itu bertubi-tubi masalah, coklat sekardus besar pasti habis sendiri, habis coklatnya berganti dech… dengan atraksi nangis bingung nggak tau solusinya gimana yang terkadang bikin bingung dan pusing anak-anak sekosan karena bising suara tangisannya. Namun, baiknya Nindi selalu murah senyum terhadap teman-temannya dan juga yang lainnya walaupun belum kenal sebelumnya. Gadis paling cuek sekosan tapi ketika ada suatu masalah seperti bantuan bencana alam, iuran bersama dan lain sebagainya- yang harus mengeluarkan uang dari kantong, Nindi tak mau ketinggalan dia pasti jadi orang pertama yang mengulurkan uangnya dan jumlahnya juga tidak pernah sedikit selalu lebih banyak dari teman-temannya.
***
"Cepetan-cepetan….. wow-iii… yang di kamar mandi, mandinya jangan lama-lama ini da hampir mau jam 7, ngapain aja sich… di dalam. Kalau mau mandi lama dan perawatan tubuh ke salon sana loo… ini itu kosan banyak yang antri. Aku masuk jam 7 nih, hai Tiwi cepetan kamu!!!" celomet Nindi depan kamar mandi sambil membawa handuk dan alat mandi, sesekali dia sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. Ugh…gara-gara semalem lembur sampai jam 3 pagi ngerjakan reviuw buku mata kuliahnya pak Firman yang tebalnya 437 halaman dalam waktu satu minggu- Bussheet….!!!! Memang dosen itu nggak punya rasa perikemanusiaan sedikutpun dengan mahasiswanya apalagi dengan Nindi gadis manis ini.
Ya… begini kalau hari senin anak-anak yang tadinya pulkam semua, yang tadinya di kos tinggal Nindi sama Erine doank, sekarang wussheett…. Ala- ala mak.. aduh mak..- Jam segini, habis shubuh sampai jam 9 nanti kamar mandi selalu penuh airnya ngalir trus ke selokan. Apalagi mandinya super lama dasar cewek-cewek kurang kerjaan, ya… cuma Nindi aja yang mandi kayak bebek.
***
"Hucgh… hucgh… aduh udah jam 07.17 WIB, mampus… aku bakalan telat lagi- ugh… waktunya pak Firman lagi, nggak tau nie bisa masuk kelas apa nggak. Untung aja reviuwnya udah selesai diprint semua- tumben bin tumben printerku semalem nggak rewel- jadinya lancar, malah ngantuk banget lagi." Nindi berlari ke kampus sambil ngos-ngosan nafasnya.
Sesampai di kampus Nindi langsung bergegas menuju ke kelasnya dan alamak..!!!- pak Firman dosen mudah yang cakep itu sedang marah-marah. Nindi tercengang disamping jendela sambil menggerutu dalam hatinya, "Tuhan… apa yang terjadi ini, napa ya… pak Firman marah-marah ke anak-anak. Ugh… situasi benar-benar genting banget nie… masuk nggak - masuk nggak ya…, ketuk pintu nggak ya…, iya nggak… aduch… bingung nie… malah kelas udah penuh banget dan kayaknya yang terakhir telat itu adalah aku "Nindi Sharine El- Jef", wach… alamat ngulang tahun depan hawanya kayaknya udah kerasa nie".
"Hai Nindi!, ngapain kamu disini, berdiri terdiam kayak orang mau apa aja, tau kamu orang yang terkena runtuhan bangunan di pasar tanah abang kemaren- persis sekarang ini nasib kamu seperti mereka- nelangsa tak berdaya!!!" pak Firman keluar membuka pintu kelas sambil mengomel. Sambil tertunduk dan terbata-bata Nindi menjawab, " ma-ma-maaf Pak, saya terlambat lagi". "Ngapain kamu telat lagi, kamu tau nggak ini itu sudah jam berapa?!!", pak Firman marah-marah lagi. Dan anak-anak sekelaspun pandangannya mengarah keluar pintu kelas bengong semua melihat pak Firman memarahi Nindi. "Iya Pak, saya tau- sekarang sudah jam 07.30", jawab Nindi sambil agak ketakutan sambil menggerutu dalam hati, "aduch… dosen ini cakep-cakep, tapi sayang seribu sayang galaknya mintak ampun- siapa ya… istrinya kelak yang mau hidup serumah bahkan seranjang dengan dosen satu ini. Amit-amit jabang bayi punya suami seperti pak Firman ini".
"Nindi, hai Nindi… ngapain kamu jadi nglamun begini, kenapa kamu hari ini telat lagi? Kamu itu ya… kapan sih nggak telatnya!", pak Firman menepuk pundak Nindi. "Iya Pak, maaf Pak- saya bangunnya kesiangan lalu mandinya antri banget Pak apalagi mandinya cewek-cewek jadi pada lama-lama semua, jadinya saya terlambat dech Pak, Mohon… maaf ya Pak firman ya…???", jawab Nindi sambil terkaget sebelumnya. "Kayaknya kesabaran saya sudah habis dan sudah bosen liat kamu yang selalu terlambat di kelas saya, yawdah untuk terakhir kalinya kamu saya maafkan dan jangan pernah kamu ulangi lagi!". "baik Pak, terima kasih banyak", jawab Nindi sambil tersenyum merasa senang. "Eit… kamu jangan senang dulu, sebagai hukumannya kamu harus mereviuw satu buku lagi mata kuliah ini dan buku ini bukan buku berbahasa Indonesia seperti kemarin, melainkan berbahasa Inggris. Kamu sanggup kan?, kalau kamu mau tetap ikut kelas mata kuliah ini itu tadi syaratnya dan juga yang terpenting kamu nggak akan bertemu dengan saya lagi tahun depan dengan mata kuliah yang sama. Bagaimana Saudari Nindi, bersedia?, tegas perintah pak Firman. "Iyya… Pak", jawab Nindi dengan mimik pucat pasih. "Ohya tugas kamu nanti ditaruh saja di ruangan saya dan nanti temui saya jam 13.20 WIB untuk mengambil buku yang akan jadi tugas kamu untuk menyelamatkan nasib kamu di semester ini dan serahkan lagi bukunya bersama tugas kamu rabo depan langsung ke saya!", pak Firman menyuruh Nindi sambil berjalan ke arah ruang IV karena sudah ditunggu oleh dosen yang lainnya dan pak Dekan untuk rapat jurusan. "Baik pak", jawab Nindi tetap dengan senyumnya yang manis walaupun di hatinya tetap menggerutu karena mendapat tugas yang menguras tenaga, pikiran, dan uang. Apalagi saat ini keuangan Nindi sedang menipis ibarat tissue makan yang ada di meja warteg yang bahannya sudah jelek, tipis banget pula.



Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites