Iffah Hidayatur Rohmah, Adnan Khassogi, Siti fatkhiyatul Jannah
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Surabaya
ABSTRAK
Pembangunan mall-mall di Surabaya terlihat kontradiktif dengan kompleksitas permasalahan kemiskinan dan gizi buruk yang masih belum teratasi secara tuntas. Selain akibat dari pembangunan mall-mall, masalah kemiskinan dan gizi buruk di Surabaya bisa semakin parah mengingat bahwa di tahun 2010, pemerintah pusat telah menyetujui pelaksanaan zona perdagangan Asean-China (ACFTA).
Pemerintah telah melakukan upaya berupa kebijakan-kebijakan untuk mengentaskan kemiskinan. Salah satu program pengentasan kemiskinan yang saat ini tengah dijalankan adalah program pengentasan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Gagasan yang ada pada tulisan ini, P2KP dikombinasikan dengan pemberian kredit mikro bagi ibu rumah tangga pelaku usaha mikro. Kredit mikro adalah mata rantai yang kerap kali hilang bagi keluarga miskin yang mencoba membuka usaha mikro untuk mempertahankan hidupnya. Kredit mikro diperlukan guna menyediakan modal untuk memulai atau melanjutkan usah mikro dalam rangka meningkatkan pendapatan. Namun dalam prakteknya kredit mikro masih menggunakan sistem netral gender yang kurang efektif karena selama ini perempuan menghadapi hambatan struktural berupa kesulitan dalam pengembangan usaha. Hal tersebut yang menjadi alasan untuk memberi perhatian lebih besar terhadap perempuan. Argumen bahwa perempuan layak menjadi sasaran utama pemberian kredit mikro didukung oleh bukti bahwa perempuan lebih mampu bertahan terhadap kemiskinan yang mereka derita.
Upaya pemberian kredit mikro yang berorientasi pada pemberdayaan perempuan akan semakin efektif untuk menanggulangi permasalahan kemiskinan dan gizi buruk jika ditopang dengan pendidikan yang memadai bagi warga. Dalam hal perencanaan kurikulum dan standar kompetensi dasar tidak sebatas pada peningkatan life skill, tetapi juga pada kemampuan anak didik untuk berpikir secara kritis. Kemampuan berpikir kritis dapat membuat mereka mampu untuk melihat secara kritis kontradiksi-kontradiksi social yang ada, untuk kemudian mengubah kontradiksi social tersebut agar menjadi lebih manusiawi, adil dan egaliter. Pendidikan kritis merupakan soft skill yang melengkapi hard skill peserta didik.
Kata kunci : kemiskinan, kredit mikro, gender, pendidikan kritis
0 komentar:
Posting Komentar