Kamis, 19 Mei 2011

Beberapa Teori Pembangunan

Menekankan lingkungan material, dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Teori ini pada dasarnya berbicara tentang pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern.
Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti: keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.

2. David Mccleland
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan:“ Melaksanakan
Need for affiliation, kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melekukan hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. Ciri-ciri:
a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.
b. Melakukan pekerjaannya lebih efektif apbila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif.
c. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
d. Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
e. Selalu berusaha menghindari konflik.
Need for power, Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, intuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Ciri-ciri:
a. Menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan.
b. Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi dimanapun dia berada.
c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise.
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organiasi.

3. Cardoso
Pandangan Cardoso mengenai ketergantungan adalah sebagai sebuah metode analisis konkret bagi kawasan pinggiran yang lebih bersifat partikularistik.
Teori ketergantungan melampui ilmu ekonomi dalam upayanya memberi penjelasan umum mengenai keterbelakangan, dan khususnya dependentista radikal seringkali para sosiolog. Karena itu, mereka memahami ketergantungan sebagai fenomena sosiopolitik, yang selanjutnya memberikan ruang bagi pandangan yang lebih kompleks mengenai hubungan pusat-pinggiran. Cardoso dan Falleto mengatakan:
“kita memahami keterkaitan antara kekuatan eksternal dan internal sebagai pembentukan keseluruan yang kompleks yang jalinan strukturnya tidak didasarkan semata-mata pada bentuk eksploitasi dan paksaan internal,melainkan berakar dalam kesamaan kepentingan antara kelas dominan lokal dan kelas internasional, dan pada sisi yang lain, ditentang oleh kelas dan kelompok lokal yang kalah”(Cardoso & falleto, 1979: XVI dalam Hettne, 2001: 158).

4. Theotonia Dos Santos
Ketergantungan merupakan situasi yang mengkodisikan didalam permasalahan ekonomi, dimana didalamnya terdapat sekelompok negara yang ditentukan oleh pembangunan dan perkembangan kelompok lain. Hubungan saling ketergantungan antara dua atau lebih sistem perekonomian, atau antara perekonomian itu dan sistem perdagangan dunia menjadi hubungan ketergantungan bila beberapa negara dapat berkembang hanya sebagai bayangan perkembangan negara dominan, yang mungkin memiliki pengaruh positif atau negatif pada pembnagunan mereka berikutnya.
Dos Santos kemudian mengelaborasi persoalan ini guna menghindari kesalahan dalam memahami peran masing-masing dimensi eksternal dan dimensi internal. Dibedakannya antara faktor yang mengkondisikan dan faktor penentu dengan mengatakan bahwa proses akumulasi negara-negara yang bergantung dikondisikan oleh posisi mereka dalam perekonomian internasional, namun ditentukan oleh hukum pembnagunan dalam negeri mereka sendiri.

5. Andre Gunderfrank
Dalam hubungan ketergantungan ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak dominan dan pihak bergantung (dependen). Frank mengelompokkan negara-negara didunia ini atas dua kelompok yaitu negara metroplis maju dan negara-negara satelit yang terbelakang. Hubungan ketergantungan seperti ini disebut Frank sebagai Metropolis-satelite relationsip.
Sementara fokus hubungan ketergantungan dalam model Frank adalah bangsa-bangsa dan hubungan antar bangsa-bangsa, ruang lingkup teorinya adalah sistem kapitalis dunia. Dalam model yang dikembangkan Frank, tiap titik dalam rantai metropolis-satelit, struktur rantai menciptakan kepentingan objektif tertentu, dan yang paling penting adalah kepentingan dalam mengontrol hubungan monopoli pada tiap titik di rantai hubungan tersebut demi memperoleh manfaat dari extractive power yang ada pada posisi tersebut.
Menuruf Frank hubungan ketergantungan umumnya, dan hubungan metropis – satelit dalam suatu sistem kapitalisme dunia kususnya, dicirikan oleh sifat monopolistik dan ekstraktif. Metropolis memiliki kontrol monopolistik atas hubungan ekonomi dan perdagangan di negara-negara satelit. Dominasi monopolistik dalam suatu pasar jelas merupakan sebuah posisi kekuasaan.
Sehubungan dengan pola hubungan antara negara–negara metropolis maju dan negara-negara satelit yang terbelakang, Andre Gunder Frank membuat hipotesis:
a. Dalam stuktur hubungan antara negara-negara metropolis maju dengan negara-negara satelit yang terbelakang, pihak metropolis akan berkembang dengan pesat sedangkan pihak satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan.
b. Negara-negara miskin yang sekarang menjadi negara satelit, perekonomiannya dapay berkembang dan mampu mengembangkan industri yang otonom bila tidak terkait dengan metropolis dari kapitalis dunia, atau kaitannya sangat lemah.
c. Kawasan-kawasan yang sekarang sangat terbelakang dan berada dalam situasi yang mirip dengan situasi dalam sistem feodal adalah kawasan-kawasan yang pada masa lalu memiliki kaitan yang kuat dengan metropolis dari sistem kapitalis internasional. Kawasan-Kawasan ini adalah kawasan penghasil ekspor bahan mentah primer yang terlantar akibat adanya hubungan perdagangan internasional.
Bagi frank hubungan ketergantungan adalah hubungan eksploitatif dimana negara-negara metropolis menghisap negara-negara satelit.Akibatnya metropolis akan semakin maju sedangkan negara-negara satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan tertinggal dan tidak berkembang.

6. Karl Marx
Teori dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teori dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.
Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas.

7. Walt Rostow
Walt Rostow memahami pembnagunan sebagai sejumlah tahap yang berkaitan dengan kematangan. Pembangunan terutama dianalisis sebagai proses endogen.
Doktrin Rostow memainkan peranan politik penting sepanjang akhir 1950-an dan 1960-an, adalah ekspresi khas paradigma barat dalam bentuk kapitalismenya. Ada lima tahap yang harus dilewati oleh semua negara berkembang, yaitu:
a. Masyarakat tradisional
b. Masyarakat pelepas landas
c. Tahap lepas landas
d. Jalan menuju kematangan
e. Masyarakat konsumen.
Menurut Rostow, hubungan internasional mempercepat proses pembangunan, tetapi tidak begitu berpengaruh terhadap keterbelakangan. Berbeda dengan ilmuwan pembangunan yang lebih awal karena pendekatannya jauh lebih luas (ia melihat teorinya sebagai alternatif bagi teori Marxis), walau unsur kunci dalam pemikirannya adalah proses pembentukan modal.

8. Keynesian
Alur pemikiran Keynes menjadi dominan dalam bidang ekonomi pembangunan, sedangkan neoklasik tersingkir ke posisi belakang. Dengan demikian ada masukan teoritis bagi ilmu ekonomi pembangunan baru, namun pesan utamanya adalah bahwa pelaksanaan pembangunan mengharuskan perencanaan yang disusun oleh para ekonom, dan pemerintahan yang kuat serta aktif untuk mewujudkannya. Pembangunan adalah seni rekayasa sosial berskala besar.
Kontribusi teoritis Keynesian menunjukkan bahwa masalah ekonomi makro kembali menjadi isu utama dalam perekonomian. Pada masa depresi, persoalannya adalah ketidakmampuan mendayagunakan faktor produksi. Keynes yakin bahwa jumlah permintaan dan berbagai komponennya, seperti konsumsi dan investasi, merupakan faktor strategis. Peningkatan pengeluaran yang melipatgandakan jumlah permintaan, akhirnya akan menimbulkan peningkatan di tingkat aktivitas ekonomi dan pengurangan pengangguran. Jadi, keynes sangat tertarik dengan stabilisasi jangka pendek.

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites