Kamis, 19 Mei 2011

Riasan Tahan Lama

Membutuhkan riasan tahan lama??? Lakukan tips Berikut:
1. oleskan foundation secara merata pada kulit yang lembab, biarkan hingga meresap.
2. aplikasikan bedak tabur dengan cara ditekan-tekan, agar menyatu dengan foundation.
3. lanjutkan dengan aplikasi bedak compact atau two way cake, ratakan sapuan bedak dengan kuas.
4. sebelum dirias, kelopak mata diberi eye shadow base. hindari apliksi pelembab atau foundation di kelopak mata.
5. sapukan blush on tipis pada pipi. tutup dengan bedak, kemudian sapukan blush on kembali.
6. beli warna bibir dengan lipstick. untuk kesan modern, tambahkan dengan lipgloss.

Pembangunan Bagi Kaum Miskin

A. Latar Belakang
Pembangunan yang dilakukan sejak orde baru hingga menjelang krisis yang menerpa Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu, tak dapat dipungkiri memang menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam pembangunan fisik yang cukup signifikan. Indonesia dapat dikatakan tergolong negara yang berhasil dalam pembangunan. Selama lebih dari tiga dekade yang lalu, Indonesia telah mencatat prestasi yang mengesankan dalam pembangunan manusia.
Kemajuan dicapai di berbagai bidang, mulai dari pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan hingga peningkatan harapan hidup dan kemampuan membaca dan menulis. Angka kematian bayi, misalnya, menurun tajam sejalan dengan peningkatan akses terhadap sarana kesehatan dan sanitasi. Pada periode yang sama, juga terjadi peningkatan peranan perempuan: perbedaan rasio pria-wanita di berbagai tingkat pendidikan semakin mengecil dan kontribusi wanita dalam pendapatan keluarga juga semakin membesar. Sementara itu, ketimpangan antar propinsi semakin menipis.
Namun, dibalik keberhasilan tersebut, pertanyaan selanjutnya yang perlu dijawab adalah apakah keberhasilan pembangunan tersebut memang telah dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia terutama kaum miskin? Lebih jauh, apakah pembangunan yang berhasil jika dilihat dari aspek fisik tersebut telah berhasil membebaskan rakyat dari berbagai kungkungan kemiskinan dan ketertinggalan berbagai dimensi kehidupan manusia?
kenyataannya, pasca krisis 1997 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia selama satu dekade terakhir bisa dikatakan konsisten berkisar 17-19 persen. Tingkat kemiskinan ini akan semakin tinggi lagi jika kita menggunakan garis kemiskinan (poverty line) Bank Dunia 2 dollar per hari yang menyebutkan bahwa separuh dari rakyat Indonesia (sekitar 49 %) tergolong miskin. Fenomena seperti banyaknya pengangguran, remaja yang putus sekolah, banyaknya gepeng-gepeng di sisi-sisi jalanan perkotaan menjadi hal yang krusial, dimana saat ini pembangunan sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh pemerintah dalam segala bidang terlebih infrastruktur perkotaan. Misalnya, dibangunnya banyak mall, gedung-gedung pemerintahan, jalan-jalan dan sebagainya.
Hal tersebut tidak imbang dengan keadaan masyarakat miskin yang yang hampir kebanyakan tidak diberi akses dalam pendidikan, kesehatan, dan partisipasi dalam kegiatan ekonomi yang seharusnya terbuka dari adanya proses pembangunan. Sebagai contoh, di Surabaya banyak sekali didirikan pusat perbelanjaan atau mall sekitar 20 mall lebih dan beberapa diantaranya masih dalam proses pengerjaan termasuk diantaranya Plaza Surabaya, World Trade Center (WTC), Tunjungan Plaza (TP), Mall Galaxy, Hi-Tech Mall, ITC Mega Grosir, City of Tomorrow, BG Junction, Maspion Square, Golden City Mall, Plaza Marina, Darmo Trade Center, Pasar Atom Mall, Surabaya Town Square, Pakuwon Trade Center-Supermall Pakuwon Indah (PTC-SPI), Royal Plaza, Pasar Turi Mall, Jembatan Merah Plaza, dan Empire Palace. Termasuk yang masih dalam proses pengerjaan diantaranya Ciputra World Surabaya milik PT. Ciputra Surya Tbk. serta Grand City Mall besutan PT Hardaya Widya Graha. Tak mau ketinggalan, pengembang PT Bukit Darmo Property Tbk juga tengah membangun LenMarc Shopping Mall. Adanya serbuan mall ini dapat dipandang sebagai show of force (unjuk gigi) kepada publik bahwa Surabaya memang kota metropolis terbesar kedua setelah Jakarta. Dan, sebagaimana layaknya kota metropolis pembangunan fisik selalu diutamakan.
Hal tersebut terus dilangsungkan setidaknya dipicu adanya dua tafsir sosial ekonomi yang dijadikan semangat pembangunan pemerintah kota Surabaya. Pertama, dengan menghadirkan mall akan memicu kenaikan pendapatan daerah akan naik dan tentunya juga pendapatan nasional akan naik. Kedua sebagai kota besar, tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat dianggap jauh lebih tinggi dari kota-kota besar lainnya. Itulah salah satu daya tarik utama bagi para pengembang untuk agresif membangun mall-mall di Surabaya. Karena mall cenderung membidik masyarakat konsumtif. Tapi, di balik gemerlap sebuah kota metropolis selalu tersimpan cerita-cerita sedih tentang warga kota yang tidak ikut merasakan hasil pembangunan. Diantaranya serbuan gizi buruk (gizbur) yang menjangkiti sebagian warga miskin kota, banyaknya pengangguran, remaja yang putus sekolah, anak jalanan, gembel dan pengemis. Masyarakat miskin tersebut menjadi korban ketidakadilan ekonomi atas nama pembangunan. Dimana masyarakat tersebut harusnya mendapat perhatian lebih dan akses yang terbuka dari pemerintah. Namun sebaliknya, pemerintah lebih mememtingkan pembangunan infrastruktur kota.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jeffrey Sachs dalam bukunya yang fenomenal The End of Poverty : How We Can Make It Happen In Our Lifetime (2005), kalangan miskin semakin terpuruk dan hampir bisa dipastikan tidak memiliki kemampuan walau hanya untuk bergerak ke arah tangga pembangunan (the ladder of development) yang paling dasar sekali pun. Terbatasnya akses-akses bagi kalangan miskin menyebabkan mereka tak mampu untuk mengakumulasi kapital yang diperlukan baginya untuk keluar dari jebakan kemiskinan (extreme poverty trap). Konsekuensinya, kaum miskin tak mampu berperan aktif dalam kegiatan ekonomi dan mengambil berkah dari adanya pembangunan. Pembangunan, seperti yang ditulis Sen di atas, semestinya memberikan akses yang merata bagi setiap orang. Sebagaimana yang ditulis oleh Ranis et al, (2006), pembangunan selain dari aspek yang sifatnya fisik-material, dimensi lainnya yang harus terbangun adalah pemberdayaan (empowerment), kebebasan politik, hubungan sosial, kesejahteraan masyarakat, keadilan, keamanan politik, keamanan ekonomi, dan kualitas lingkungan hidup yang lebih baik.

B. Pembahasan
Negara merupakan konsep yang sangat kompleks. Kompleksitas konsep negara ini antara lain bersumber pada berbagai bentuk, fungsi maupun struktur yang sangat berbeda-beda yang dikaitkan dengan terminologi negara. Salah satu implikasinya adalah munculnya berbagai perspektif teoritis tentang negara yang juga sangat berbeda-beda. Dari perspektif hukum internasional, misalnya, konsep negara sangat erat dikaitkan dengan karakter ‘kedaulatan’, yang komponen-komponennya meliputi wilayah negara, aparat pemaksa serta penduduk. Dari perspektif politik, negara dipahami sebagai arena bagi berlangsungnya tawarmenawar berbagai kepentingan. Dalam perspektif politik ini dibangun dan dikembangkan dari sejarah negara modern dan, oleh karenanya tidak relevan dengan proses politik dan pembentukan kekuasaan politik yang berlangsung di negara-negara dunia ketiga.
Michael P. Todaro hampir selalu mengidentikkan dunia Ketiga dengan produktivitas sumber daya manusia yang rendah, kemiskinan, pertumbuhan penduduk yang tinggi, tidak demokratis, feodal, dan cenderung militeristik, pasar yang tidak sempurna, atau standar hidup yang rendah (Todaro, 1998). Begitulah lingkaran tanpa putus yang menantang ahli-ahli ekonomi pembangunan dalam merumuskan exit strategy, sebelum mendorong mereka mengejar (catch up) negara-negara yang lebih maju.
Negara ketiga tidak lepas dari campur tangan negara-negara maju. Namun, apa yang dilakukan oleh negara-negara maju untuk memodernkan negara ketiga memiliki tujuan atau kepengtingan untuk diri sendiri. Yakni negara maju akan selalu tergantung negara ketiga terhadapnya.
Modernisasi dalam dunia ketiga yang mengatasnamakan pembangunan negara tidak lepas kaitannya dengan industrialisasi. Seperti yang terjadi di Indonesia, kebijakan politik, ekonomi tidak dibentuk berdasarkan karakteristik bangsa dan negara tapi berdasarkan keinginan para elit pemerintah yang banyak mengadopsi dari negara maju. Dengan alasan pembangunan yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan, negara maju membuka perusahaan di dunia ketiga. Namun, hal tersebut tidak seperti yang diwacanakan. Masih banyak masyarakat yang pengangguran, kelaparan, dan remaja yang putus sekolah karena alasan tidak ada biaya.
Menurut Andre Gunder Frank dalam bukunya Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi menyatakan bahwa negara-negara maju mengekspor partikularisme yakni ke negara terbelakang yakni partikularisme yang dibungkus dengan slogan-slogan universalitas seperti, kemerdekaan, keadilan, demokrasi, dan sebagainya. Dan semua itu tidak lain merupakan panggung depan dari panggung belakang negara-negara maju yang mempunyai tujuan dan kepentingan tertentu untuk mengeksploitasi negara berkembang.
Oleh karena itu adanya pembangunan pada intinya adalah untuk memenuhi kepentingan-kepentingan orang yang bermodal yang mempunyai kepentingan tertentu. Sehingga pembangunan tidak bisa dirasakan secara menyeluruh apalagi bagi masyarakat miskin. Sisi-sisi kemanusiaan dalam pembangunan dikesampingan dan masyarakat miskin menjadi korban yang hanya bisa melihat saja tanpa merasakan dampak dari pembangunan.
Dengan itu, pembangunan yang seperti itu hanya mendidik masyarakat ini sebagai masyarakat yang konsumtif yang hanya bisa mengantungkan diri kepada negara maju.

C. Kesimpulan
Pembangunan dalam dunia ketiga tidak lepas kaitannya dengan industrialisasi. Seperti yang terjadi di Indonesia, kebijakan politik, ekonomi tidak dibentuk berdasarkan karakteristik bangsa dan negara tapi berdasarkan keinginan para elit pemerintah yang banyak mengadopsi dari negara maju. Dengan alasan pembangunan yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan, negara maju membuka perusahaan di dunia ketiga. Namun, hal tersebut tidak seperti yang diwacanakan. Masih banyak masyarakat yang pengangguran, kelaparan, dan remaja yang putus sekolah karena alasan tidak ada biaya.
Pembangunan yang bisa dilihat saat ini hanya menguntungkan para pemodal dan investor. Sisi-sisi kemanusiaan dari pembangunan dikesampingkan sehingga masyarakat miskin tidak bisa merasakan dari pembangunan tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan oleh pemerintah hanya menciptakan budaya konsumtif tanpa memberikan solusi yang tepat supaya bisa keluar dari keterpurukan.
Daftar Pustaka
http://adsindonesia.or.id/alumni/articleattachment/articleteddylesmana04.pdf. diakses 7 Oktober 2010

http:\modernisasi-di-negara-dunia-ke-3.html. diakses 7 Oktober 2010

Hettne, Bjorn. 2001. Teori Pembangunan dan Tiga Dunia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Beberapa Teori Pembangunan

Menekankan lingkungan material, dalam hal ini lingkungan pekerjaan sebagai salah satu cara terbaik untuk membentuk manusia modern yang bisa membangun. Teori ini pada dasarnya berbicara tentang pentingnya faktor manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan dalam hal ini manusia modern.
Kedua tokoh ini mencoba memberikan ciri-ciri dari manusia modern, seperti: keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi ke masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam. Keduanya beranggapan, bahwa bagaimanapun juga manusia bisa diubah secara mendasar setelah dia menjadi dewasa, dan karena itu tidak ada manusia yang tetap menjadi tradisional dalam pandangan dan kepribadiannya hanya karena dia dibesarkan dalam sebuah masyarakat yang tradisional. Artinya, dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah dia mencapai dewasa.
Dari hasil penelitiannya, mereka berkesimpulan bahwa pendidikan adalah yang paling efektif untuk mengubah manusia dan pengalaman kerja dan pengenalan terhadap media massa. Penemuan ini juga mendukung pendapat Daniel Lerner yang menekankan pentingnya media massa sebagai lembaga yang mendorong modernisasi.

2. David Mccleland
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan:“ Melaksanakan
Need for affiliation, kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam kehidupannya atau hubungannya dengan orang lain. Kebutuhan ini akan mengarahkan tingkah laku individu untuk melekukan hubungan yang akrab dengan orang lain. Orang-orang dengan need affiliation yang tinggi ialah orang yang berusaha mendapatkan persahabatan. Ciri-ciri:
a. Lebih memperhatikan segi hubungan pribadi yang ada dalam pekerjaannya daripada segi tugas-tugas yang ada dalam pekerjaan tersebut.
b. Melakukan pekerjaannya lebih efektif apbila bekerjasama dengan orang lain dalam suasana yang lebih kooperatif.
c. Mencari persetujuan atau kesepakatan dari orang lain.
d. Lebih suka dengan orang lain daripada sendirian.
e. Selalu berusaha menghindari konflik.
Need for power, Adanya keinginan yang kuat untuk mengendalikan orang lain, intuk mempengaruhi orang lain dan untuk memiliki dampak terhadap orang lain. Ciri-ciri:
a. Menyukai pekerjaan dimana mereka menjadi pimpinan.
b. Sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari sebuah organisasi dimanapun dia berada.
c. Mengumpulkan barang-barang atau menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise.
d. Sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organiasi.

3. Cardoso
Pandangan Cardoso mengenai ketergantungan adalah sebagai sebuah metode analisis konkret bagi kawasan pinggiran yang lebih bersifat partikularistik.
Teori ketergantungan melampui ilmu ekonomi dalam upayanya memberi penjelasan umum mengenai keterbelakangan, dan khususnya dependentista radikal seringkali para sosiolog. Karena itu, mereka memahami ketergantungan sebagai fenomena sosiopolitik, yang selanjutnya memberikan ruang bagi pandangan yang lebih kompleks mengenai hubungan pusat-pinggiran. Cardoso dan Falleto mengatakan:
“kita memahami keterkaitan antara kekuatan eksternal dan internal sebagai pembentukan keseluruan yang kompleks yang jalinan strukturnya tidak didasarkan semata-mata pada bentuk eksploitasi dan paksaan internal,melainkan berakar dalam kesamaan kepentingan antara kelas dominan lokal dan kelas internasional, dan pada sisi yang lain, ditentang oleh kelas dan kelompok lokal yang kalah”(Cardoso & falleto, 1979: XVI dalam Hettne, 2001: 158).

4. Theotonia Dos Santos
Ketergantungan merupakan situasi yang mengkodisikan didalam permasalahan ekonomi, dimana didalamnya terdapat sekelompok negara yang ditentukan oleh pembangunan dan perkembangan kelompok lain. Hubungan saling ketergantungan antara dua atau lebih sistem perekonomian, atau antara perekonomian itu dan sistem perdagangan dunia menjadi hubungan ketergantungan bila beberapa negara dapat berkembang hanya sebagai bayangan perkembangan negara dominan, yang mungkin memiliki pengaruh positif atau negatif pada pembnagunan mereka berikutnya.
Dos Santos kemudian mengelaborasi persoalan ini guna menghindari kesalahan dalam memahami peran masing-masing dimensi eksternal dan dimensi internal. Dibedakannya antara faktor yang mengkondisikan dan faktor penentu dengan mengatakan bahwa proses akumulasi negara-negara yang bergantung dikondisikan oleh posisi mereka dalam perekonomian internasional, namun ditentukan oleh hukum pembnagunan dalam negeri mereka sendiri.

5. Andre Gunderfrank
Dalam hubungan ketergantungan ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak dominan dan pihak bergantung (dependen). Frank mengelompokkan negara-negara didunia ini atas dua kelompok yaitu negara metroplis maju dan negara-negara satelit yang terbelakang. Hubungan ketergantungan seperti ini disebut Frank sebagai Metropolis-satelite relationsip.
Sementara fokus hubungan ketergantungan dalam model Frank adalah bangsa-bangsa dan hubungan antar bangsa-bangsa, ruang lingkup teorinya adalah sistem kapitalis dunia. Dalam model yang dikembangkan Frank, tiap titik dalam rantai metropolis-satelit, struktur rantai menciptakan kepentingan objektif tertentu, dan yang paling penting adalah kepentingan dalam mengontrol hubungan monopoli pada tiap titik di rantai hubungan tersebut demi memperoleh manfaat dari extractive power yang ada pada posisi tersebut.
Menuruf Frank hubungan ketergantungan umumnya, dan hubungan metropis – satelit dalam suatu sistem kapitalisme dunia kususnya, dicirikan oleh sifat monopolistik dan ekstraktif. Metropolis memiliki kontrol monopolistik atas hubungan ekonomi dan perdagangan di negara-negara satelit. Dominasi monopolistik dalam suatu pasar jelas merupakan sebuah posisi kekuasaan.
Sehubungan dengan pola hubungan antara negara–negara metropolis maju dan negara-negara satelit yang terbelakang, Andre Gunder Frank membuat hipotesis:
a. Dalam stuktur hubungan antara negara-negara metropolis maju dengan negara-negara satelit yang terbelakang, pihak metropolis akan berkembang dengan pesat sedangkan pihak satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan.
b. Negara-negara miskin yang sekarang menjadi negara satelit, perekonomiannya dapay berkembang dan mampu mengembangkan industri yang otonom bila tidak terkait dengan metropolis dari kapitalis dunia, atau kaitannya sangat lemah.
c. Kawasan-kawasan yang sekarang sangat terbelakang dan berada dalam situasi yang mirip dengan situasi dalam sistem feodal adalah kawasan-kawasan yang pada masa lalu memiliki kaitan yang kuat dengan metropolis dari sistem kapitalis internasional. Kawasan-Kawasan ini adalah kawasan penghasil ekspor bahan mentah primer yang terlantar akibat adanya hubungan perdagangan internasional.
Bagi frank hubungan ketergantungan adalah hubungan eksploitatif dimana negara-negara metropolis menghisap negara-negara satelit.Akibatnya metropolis akan semakin maju sedangkan negara-negara satelit akan tetap dalam posisi keterbelakangan tertinggal dan tidak berkembang.

6. Karl Marx
Teori dependensi merupakan analisis tandingan terhadap teori modernisasi. Teori ini didasari fakta lambatnya pembangunan dan adanya ketergantungan dari negara dunia ketiga, khususnya di Amerika Latin. Teori dependensi memiliki saran yang radikal, karena teori ini berada dalam paradigma neo-Marxis. Sikap radikal ini analog dengan perkiraan Marx tentang akan adanya pemberontakan kaum buruh terhadap kaum majikan dalam industri yang bersistem kapitalisme. Analisis Marxis terhadap teori dependensi ini secara umum tampak hanya mengangkat analisanya dari permasalahan tataran individual majikan-buruh ke tingkat antar negara. Sehingga negara pusat dapat dianggap kelas majikan, dan negara dunia ketiga sebagai buruhnya. Sebagaimana buruh, ia juga menyarankan, negara pinggiran mestinya menuntut hubungan yang seimbang dengan negara maju yang selama ini telah memperoleh surplus lebih banyak (konsep sosialisme). Analisis Neo-Marxis yang digunakannya memiliki sudut pandang dari negara pinggiran.
Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor produksi menyebabkan eksploitas terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses. Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat tanpa kelas.

7. Walt Rostow
Walt Rostow memahami pembnagunan sebagai sejumlah tahap yang berkaitan dengan kematangan. Pembangunan terutama dianalisis sebagai proses endogen.
Doktrin Rostow memainkan peranan politik penting sepanjang akhir 1950-an dan 1960-an, adalah ekspresi khas paradigma barat dalam bentuk kapitalismenya. Ada lima tahap yang harus dilewati oleh semua negara berkembang, yaitu:
a. Masyarakat tradisional
b. Masyarakat pelepas landas
c. Tahap lepas landas
d. Jalan menuju kematangan
e. Masyarakat konsumen.
Menurut Rostow, hubungan internasional mempercepat proses pembangunan, tetapi tidak begitu berpengaruh terhadap keterbelakangan. Berbeda dengan ilmuwan pembangunan yang lebih awal karena pendekatannya jauh lebih luas (ia melihat teorinya sebagai alternatif bagi teori Marxis), walau unsur kunci dalam pemikirannya adalah proses pembentukan modal.

8. Keynesian
Alur pemikiran Keynes menjadi dominan dalam bidang ekonomi pembangunan, sedangkan neoklasik tersingkir ke posisi belakang. Dengan demikian ada masukan teoritis bagi ilmu ekonomi pembangunan baru, namun pesan utamanya adalah bahwa pelaksanaan pembangunan mengharuskan perencanaan yang disusun oleh para ekonom, dan pemerintahan yang kuat serta aktif untuk mewujudkannya. Pembangunan adalah seni rekayasa sosial berskala besar.
Kontribusi teoritis Keynesian menunjukkan bahwa masalah ekonomi makro kembali menjadi isu utama dalam perekonomian. Pada masa depresi, persoalannya adalah ketidakmampuan mendayagunakan faktor produksi. Keynes yakin bahwa jumlah permintaan dan berbagai komponennya, seperti konsumsi dan investasi, merupakan faktor strategis. Peningkatan pengeluaran yang melipatgandakan jumlah permintaan, akhirnya akan menimbulkan peningkatan di tingkat aktivitas ekonomi dan pengurangan pengangguran. Jadi, keynes sangat tertarik dengan stabilisasi jangka pendek.

Pergeseran Pasar Tradisional Menjadi Pasar Modern di Surabaya

A. Latar Belakang
Perputaran kehidupan masyarakat terutama masalah ekonomi salah satunya dipengaruhi oleh pasar atau market. Pasar adalah sebentuk organisasi dimana pembeli dan penjual terhubungkan satu sama lain dengan hubungan yang erat. Di dalam pasar tersebut, terdapat satu atau beberapa orang produsen yang menjajakan barang-barangnya bagi konsumen. Sehingga mengakibatkan adanya tranksaksi antara kedua bela pihak yakni pembeli dan penjual. Tranksaksi merupakan kesepakatan dalam jual beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.
Pada zaman-zaman yang telah silam istilah pasar hanya dikaitkan dengan suatu lokasi geografis tertentu. Untuk keperluan sekarang ini, pasar selalu dihubungkan dengan suatu produk tertentu, seperti pasar sayur-mayur, pasar mobil, pasar tekstil, pasar tenaga kerja, dan sebagainya.
Adapun pasar itu sendiri mempunyai tiga fungsi yaitu: pertama, pasar berfungsi sebagai penentu nilai. Yakni nilai produk yang diperdagangkan. Di dalam sebuah perekonomian pasar (market economy), harga merupakan pengukur nilai. Jadi, di pasar itulah harga produk ditetapkan untuk saling disepakati, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Kedua, pasar mengorganisasikan produksi. Yakni, pasar tersebut akan menggunakan metode produksi yang mempunyai produktivitas tertinggi. Ketiga, pasar mendistribusikan produk. “for whom shall goods be produced” dan pertanyaan ini dijawab melalui pembayaran atas harga faktor produksi. Sehingga yang menghasilkan paling banyak tentu akan mendapat paling banyak pula.
Pasar menurut sifat atau jenis barang yang diperjualbelikan dibedakan menjadi dua macam, yaitu pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar konkrit adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli yang dilakukan secara langsung. Penjual dan pembeli bertemu untuk melakukan transaksi jual beli (tawarmenawar). Barang-barang yang diperjualbelikan di pasar konkrit terdiri atas berbagai jenis barang yang ada di tempat tersebut. Contoh pasar konkrit yaitu pasar tradisional, supermarket, dan swalayan. Namun ada juga pasar konkrit yang menjual satu jenis barang. Misalnya pasar buah hanya menjual buah-buahan, pasar hewan hanya melayani jual beli hewan, pasar sayur hanya menjual sayur-mayur. Sedangkan pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.
Berdasarkan manajemen pengelolaan pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Pasar tradisional, yaitu pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat. Tempat usahanya dapat berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang menyediakan barang-barang konsumsi sehari-hari masyarakat. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pedagang kecil, menengah, dan koperasi. Proses penjualan dan pembelian dilakukan dengan tawar-menawar dan para pengelolanya bermodal kecil. Contoh pasar tradisional wonokromo Surabaya. Sedangkan pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh pihak pemerintah, swasta, dan koperasi yang dikelola secara modern. Pada umumnya pasar modern menjual barang kebutuhan sehari-hari dan barang lain yang sifatnya tahan lama. Modal usaha yang dikelola oleh pedagang jumlahnya besar. Kenyamanan berbelanja bagi pembeli sangat diutamakan. Biasanya penjual memasang label harga pada setiap barang. Contoh pasar modern yaitu plaza, supermarket, hipermart, dan shopping centre.
Berdasarkan manajemen pelayanan pasar dibagi menjadi: a. Pasar swalayan (supermarket), yakni pasar yang menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat, pembeli bisa memilih barang secara langsung dan melayani diri sendiri barang yang diinginkan. Biasanya barang-barang yang dijual barang kebutuhan sehari-hari sampai elektronik. Seperti sayuran, beras, daging, perlengkapan mandi sampai radio dan televisi. b. Pertokoan (shopping centre) adalah bangunan pertokoan yang berderet-deret di tepi jalan. Biasanya atas peran pemerintah ditetapkan sebagai wilayah khusus pertokoan. Shopping centre berbentuk ruko yaitu perumahan dan pertokoan, sehingga dapat dijadikan tempat tinggal pemiliknya atau penyewa. c. Mall/plaza/supermall adalah tempat atau bangunan untuk usaha yang lebih besar yang dimiliki atau disewakan baik pada perorangan, kelompok tertentu masyarakat, atau koperasi. Pasar ini biasanya dilengkapi sarana hiburan, rekreasi, ruang pameran, gedung bioskop, dan seterusnya.
Jenis-jenis pasar tersebut seperti pasar tradisional yang ada di Surabaya membentuk ciri khas gaya hidup tersendiri dan berpengaruh pada pola perilaku masyarakat Surabaya. Gaya hidup pada pasar tradisional kental sekali dengan kesederhanaan dan suka dengan sosialisasi dengan masyarakat yang lain. hubungan antara pihak penjual dan pembeli di pasar tradisional tersebut mengutakan toleransi, tolong-menolong, bercakap-cakap untuk membina hubungan baik antara pedagang dan pembeli, yang tidak mengakibatkan kerugian diantara kedua bela pihak. Hubungan pedagang pasar dengan pembeli membutuhkan suatu hubungan yang khusus dan pedagang biasanya berusaha mempunyai pelanggang khusus atau tetap.
Munculnya pasar atau pusat perbelanjaan modern yang sekarang sangat marak dibangun besar-besaran di Surabaya. Seperti Plaza Surabaya, World Trade Center (WTC), Tunjungan Plaza (TP), Mall Galaxy, Hi-Tech Mall, ITC Mega Grosir, City of Tomorrow, BG Junction, Maspion Square, Golden City Mall, Plaza Marina, Darmo Trade Center, Pasar Atom Mall, Surabaya Town Square, Pakuwon Trade Center-Supermall Pakuwon Indah (PTC-SPI), Royal Plaza, Pasar Turi Mall, Jembatan Merah Plaza, dan Empire Palace. Termasuk yang masih dalam proses pengerjaan diantaranya Ciputra World Surabaya milik PT Ciputra Surya Tbk serta Grand City Mall besutan PT Hardaya Widya Graha. Serta tidak mau ketinggalan, pengembang PT Bukit Darmo Property Tbk juga tengah membangun LenMarc Shopping Mall. Adanya serbuan mall ini seolah-olah belum bisa memunuhi kebutuhan masyarakat lewat pasar tradisional dan dapat dipandang sebagai show of force (unjuk gigi) kepada publik bahwa Surabaya memang kota metropolis terbesar kedua setelah Jakarta. Dan, sebagaimana layaknya kota metropolis pembangunan fisik selalu diutamakan.

B. Pergeseran Pasar Tradisonal Menjadi Pasar Modern
Banyaknya daftar pasar tradisional di Surabaya diantaranya pasar Keputran, Wonokromo Lama, Kapasari Baru, Asmotomo, Pucang Anom, Gubeng Kertajaya Kendangsari, Pacar Keling, Ambengan Batu, Gubeng Masjid, dan masih banyak lagi pasar tradisional yang ada di Surabaya.
Pasar-pasar tradisional tersebut pemiliknya bermodal kecil yang identik dengan PKL (Pedagang kaki Lima). Di Surabaya, fenomena penggusuran pasar tradisional sering terjadi. Kebijakan investasi pembangunan kota lebih
berorientasi pada pembangunan investasi dengan pola modernisasi pasar.
Padahal kebijakan seperti itu yang justru menimbulkan banyak masalah,
terutama masalah pengabaian terhadap pasar-pasar tradisional. Perubahan
yang begitu, dengan munculnya pasar-pasar modern sering meninggalkan
potensi ekonomi rakyat kecil yang sudah lama dibangun dan menjadi
sumber kehidupan.
Dalam (Surabaya, Kompas.com) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (27/4/2011). Kepala Satpol PP Kecamatan Gayungan Agus Suyono mengemukakan bahwa pengamanan ekstra dilakukan petugas gabungan setiap hari pukul 16.00-21.00. "PKL yang masih berada di bahu jalan kami imbau untuk merapat hingga ke depan pasar agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas di Jalan Keputran," katanya. Dalam menertibkan pedagang, petugas menggunakan pendekatan personal dan persuasif. "Jika pedagang tidak mengindahkan imbauan, kami terus melakukan pendekatan sampai mereka sadar," ungkapnya.
Pasar tradisional Keputran menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari, seperti sayuran, lauk-pauk, dan buah-buahan. Penjual di pasar berusia puluhan tahun itu terus menjamur hingga di luar area pasar, dan memadati jalan di sekitarnya sehingga menimbulkan kemacetan lalu lintas. Hal tersebut yang semakin memicu pemkot Surabaya untuk merelokasi pasar tradisional tersebut untuk dialihkan pada pasar modern. Sehingga, pemkot Surabaya gencar-gencarnya membangun mall-mall di Surabaya dan mengakibatkan beralihnya para pembeli atau konsumen ke tempat-tempat pembelanjaan atau mall-mall tersebut. Karena didukung dengan teman yang nyaman dan fasilitas yang bagus.

C. Bukan Social Norm, Tapi Market Norm
Paradigma pemerintah tentu lebih jauh berbeda. Pemerintah berupaya
bagaimana membangun pasar yang megah dan besar, yang bisa dilihat bahwa
kota Surabaya telah berhasil membangun secara fisik. Tetapi pengabaian hak
ekonomis, sosial, dan budaya masyarakat kecil nampaknya bukan menjadi
prioritas utama.
Mengadopsi istilah yang sering dikemukakan oleh pakar bisnis dalam menjalankan bisnisnya yakni istilah Market Norm atau norma pasar. Hal tersebut menjadi kunci utama untuk menjalankan roda perekonomian yang selalu melihat kondisi bagaimana yang dibutuhkan oleh market, tentu dengan tujuan mendapat untung yang besar tanpa mendapatkan kerugian sedikitpun yang sudah menjadi teori ekonomi yakni dengan modal yang sedikit bisa mengdatangkan berlipat ganda keuntungan atau profit. Sehingga, pihak yang bersangkutan mengabaikan Social Norm atau norma sosial yang mengedepankan nilai kemanusiaan daripada kepentingan yang mungkin hanya dirasakan oleh sebagian kalangan masyarakat. Yakni seperti melakukan penggusuran PKL di pasar-pasar tradisional yang ada di Surabaya dan juga membakar atau menghanguskan pasar tradisional tersebut.
Mengacu Market Norm, adanya pusat perbelanjaan modern seperti mall-mall di Surabaya ini adalah: Pertama, dengan menghadirkan mall akan memicu kenaikan pendapatan daerah akan naik dan tentunya juga pendapatan nasional akan naik. Kedua sebagai kota besar, tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat dianggap jauh lebih tinggi dari kota-kota besar lainnya. Itulah salah satu daya tarik utama bagi para pengembang untuk agresif membangun mall-mall di Surabaya. Karena mall cenderung membidik masyarakat konsumtif. Dan ketiga, menarik para investor untuk menanamkan dana pada mall-mall tersebut.

Daftar Pustaka
Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://syadiashare.com/jenis-jenis-pasar.html. (online). Diakses pada 29 April 2011.
http://www.g-excess.com/id/pengertian-pasar-menurut-fisik-pasar.html. (online). Diakses pada 29 April 2011.
http://regional.kompas.com/read/2011/04/27/22173433/PKL.Pasar.Keputran.Kembali.Menjamur. (online). Diakses 30 April 2011.

SUraBaya OveeR Puanas!!!!

Dua hari ini gak tau kenapa Surabaya bener-bener panas. biasanya klo puuuanas begini mesti ujan.. tpiii ini dari kemren gak ujan2-. so, kemana-mana harus sedia bekal air minum biar gak dehidrasi- panasnya begitu menyegat membakar kulit- baiknya sebelum aktivitas keluar pakek itu sunblock- biar muka kita gak gosong- kalo perlu juga bawa payung, hehehe..... biar ada tameng menghadapi matahari- sekarang, istilahnya berubah- bukan lagi "sedia payung sebelum ujan, tapi sedia payung sebelum kebakar"- siiip jeh- hemmh... saran lagiii langsung ke toko elektronik untuk beli AC kalo di kamar Lom ada karena kipas angin gak bisa mempanin panasnya dan guerahnya Surabaya. Trakir- jangan pakek baju tebel2 dan bertumpuk2- pakek aja tank-top dg celana pendek aja- seLamat mencoba!!!!!

Selasa, 17 Mei 2011

Moral Ekonomi Kyai

Kesejahteraan merupakan hal yang didambakan serta menjadi tujuan utama dalam kehidupan masyarakat. Salah satu yang membentuk kesejahteraan adalah masalah ekonomi. Ekonomi menjadi hal terpenting dalam kesejahteraan masyarakat. Kondisi perekonomian yang stabil dan baik akan mengurangi kemiskinan pada masyarakat, ketersediaan peluang bagi setiap orang untuk dapat hidup terhormat, pemenuhan kebutuhan materi bagi semua individu, dan distribusi pendapatan dan kekayaan secara merata. Dalam prosesnya, hal tersebut akan selalu dipengaruhi oleh moral ekonomi.
Setiap individu mempunyai moral ekonomi yang berbeda. Moral ekonomi petani berbeda dengan pedagang, pegawai, guru, dan lainnya. Begitu pula dengan kyai. Kyai adalah seseorang yang dihormati dan mempunyai keahlian dalam agama Islam. Secara terminologis menurut Manfred Ziemnek pengertian kyai adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren sebagai muslim "terpelajar" telah membaktikan hidupnya "demi Allah" serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan Islam. Namun, pada umumnya di masyarakat kata "kyai" disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam khazanah Islam.
Skidelsky membagi pemikiran moral ekonomi Keynes menjadi empat, yaitu: pertama, hubungan antara kekayaan (wealth)dan kesejahteraan(goodness). Kedua, aspek psikologis pembentukan kekayaan. Ketiga, peran keadilan dalam ekonomi. Keempat, posisi agama dalam kehidupan ekonomi.
Perilaku kyai selalu berlandaskan tata cara dan ketentuan dalam Islam, termasuk dalam moral ekonomi. Moral ekonom merupakan tanggung jawab yang paling hakiki yakni berada ditangan orang-seorang kemudian berkembang dalam keluarga dan masyarakat. Kesemua hubungan antar individu selalu diatur dengan “baia”, transaksi atau kontrak dalam pengertian kita sehari-hari. Moral ekonomi yang paling dasar menempatkan bahwa dalam kehidupan berekonomi tidak ada pemisahan antara Nilai yang ditetapkan dan menjadikan dasar kerja adalah mencari kebaikan dan dengan memakmurkan bumi dan alam. Selanjutnya moral ekonomi menurut Islam semangat hidup yang dikembangkan adalah ajakan untuk hidup bersahaja dan larangan untuk hidup bermewah-mewahan dan pemborosan serta pengakuan tanggung jawab sosial bagi setiap orang yang telah mendapatkan rizki dari Allah.
Di dalam kehidupan kerja, Islam mendorong individu bekerja keras, namun dalam soal pembelanjaan atau pemanfaatan (tasharuf), seseorang mempunyai tanggung jawab sosial ekonomi untuk menafkahkan sebagian harta di jalan Allah(Zakat, Infag dan Shadaqah). Dalam pemikiran Islam kerja (produksi) adalah tanggung jawab individu untuk menafkahi diri dan keluarga (istri dan anak) sedangkan pemanfaatan (konsumsi) mengandung tanggung jawab sosial.
Dalam soal berekonomi, Islam tidak membatasi kerja selama perbuatannya tidak terlarang, namun mengatur tegas soal tanggung jawab sosial dan harta. Islam mengenal. Jika dilihat format kelembagaan sangat jelas yaitu amir (pemimpin = negara), individu, keluarga, amil(orang yang diserahi mengemban kepentingan bersama) dan baitulmal(rumah atau tempat mengelola). Sementara melalui institusi pasar terjadi karena ada ”baia” atau transaksi, formatnya harus memenuhi syarat moral bahwa para pihak.
Dalam moral ekonominya kyai selalu mempertimbangkan bagaimana baik dan manfaatnya. Sehingga seringkali kyai enggan mengikuti model ekonomi modern yang hasil atau profitnya bersifat syubhat atau masih tidak jelas asal usulnya, apakah haram atau sudah halal.
Ajaran ekonomi yang dilandaskan nilai-nilai agama akan menjadikan tujuan kesejahteraan kehidupan yang meningkatkan jiwa dan ruhani manusia menuju kepada Tuhannya. Menurut Yusuf Qardhawi (1994), sesungguhnya manusia jika kebutuhan hidup pribadi dan keluarganya telah terpenuhi serta merta merasa aman terhadap diri dan rezekinya, maka mereka akan hidup dengan penuh ketenangan, beribadah dengan khusyu’ kepada Tuhannya yang telah memberi mereka makan, sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi keamanan kepada mereka dari rasa takut. Dibutuhkan sebuah kesadaran, bahwa manusia diciptakan bukan untuk keperluan ekonomi, tetapi sebaliknya masalah ekonomi yang diciptakan untuk kepentingan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Damsar, Dr. 2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/02/23/moralitas-ekonomi-ekonomi-vs-moral/. (online). Diakses pada 7 Mei 2011.
http://re-searchengines.com/0607arlan.html. (online). Diakses pada 7 Mei 2011.
http://www.ekonomirakyat.org/edisi_23/artikel_1.htm. (online). Diakses pada 7 Mei 2011.

Selasa, 03 Mei 2011

Apa Arti CiNTa^

CINTA itu memberi- apa yang diinginkan pasangan maupun yang tidak. saling melengkapi kebersamaan. Menutupi kekurangan dan menikmati kelebihan. Didasari dengan penuh ketulusan dan keikhlasan tanpa ada perhitungan atau pamrih. ITULAH CINTA- cinta tidak meminta- cinta mencukupi segala kelemahan yang ada. Cinta adalah kebahagiaan bersama- menikmati bersama- merasakan derita bersama ada dan tak ada- dirasakan bersama-
CINTA merasakan apa yang dirasa oleh pasangan. Merasakan apa yang dibutuhkan pasangan. Tak ada perhitungan sekali pun dalam waktu, tenaga maupun materi. CINTA tidak memikirkan diri sendiri. Egois dengan urusan dan perut sendiri. Mengerti apa yang diinginkan pasangan. ITULAH CINTA yang benar-benar SAYANG.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites