KANDAS DALAM RUH CINTA
Tak mengerti inginnya hati ini mengapa selalu wajahnya yang ada dalam bayanganku. Andai dia tahu kalau aku sayang banget sama dia. Aku hanya bisa memendam rasa ini dalam hati saja. Tak berani diri ini untuk ungkapkan. Pengecut sekali diriku ini. Kuingat dulu waktu SMA sering sekali kulihat senyum manis di bibirnya dengan wajah ayunya ketika sedang asik membaca buku di perpustakaan. Aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan. Tak berani ku sapa dia, aku merasa minder dengan dia, aku malu dan merasa tak imbang.
Setelah aku berada di Cairo untuk menimba ilmu. Aku baru sadar kalau aku benar-benar mempunyai rasa ke dia. Aku sayang sekali dengannya. Cuma dia yang selalu bisa dihubungi dan tak melupakan aku. Sedangkan teman-temanku sendiri sudah sangat susah untuk dihubungi dan juga mungkin mereka sudah melupakanku. Dia selalu member perhatian kepadaku. Aku tak tahu apakah dia juga mempunyai rasa seperti rasaku. Dia begitu baik kepadaku. Aku tak tahu apakah kebaikannya kepadaku Cuma sebagai sahabat atau lebih. Pastinya aku mengharapkan dia punya rasa yang lebih kepadaku.
***
Pagi ini cairo begitu dingin, musim dinginnya seperti dinginnya di kutub selatan atau kutub utara. Padahal aku sudah memakai baju berlapis lima dengan kutambahi selimut di badanku. Tapi dinginnya masih terasa sampai ke tulangku. Sudah menjadi kebiasaanku dan teman-teman disini kalau sehabis sholat shubuh agendanya adalah tidur. Seperti lagunya mbah surip “Bangun tidur, tidur lagi, bangun tidur, tidur lagi, bangun tidur……, tidur lagi….”. Rata-rata masyarakat Cairo sehabis shubuh aktivitasnya adalah tidur. Sehingga, pasar dan kantor buka kerjanya agak siang. Kalau teman-teman di Indonesia sudah selesai makan siang. Kita yang disini belanja untuk masak saja belom Karena pasar-pasar masih tutup semua.
Di pagi yang begitu dinginnya ini, aku semakin terbayang wajahnya. Dada ini terasa sesak merindukan wajahnya untuk kuminta kehalalannya. Ingin ku segera menyelesaikan S1 ini kemudian pulang ke Indonesia untuk melamarnya. Orangtuaku pasti setuju aku dengannya karena orangtuaku juga sudah tahu bagaimana keluarganya. Dia berasal dari keluarga terhormat walaupun tidak terlalu kaya. Tak itu yang kubutuhkan darinya. Aku ingin hatinya menjadi milikku selamanya- tak hanya surga dunia namun sampai surga akhirat. Semakin sesak dada ini, ingin ku meneleponnya mendengarkan suara merdu dan indahnya yang menyejukkan jiwa ini. Tapi enggaklah, aku tak mau mengganggu mimpi indahnya tengah malam begini. Besok paginya dia juga pastinya kuliah. Lagian nanti juga malah mengganggu teman sekamar asramanya karena telfon dari aku. Indonesia masih lelap dengan banyak bunga tidur di pualu kapuk.
Pagi yang begitu dingin ini menjadi saksi bagaimana dadaku sesak merindukannya atas rasa yang ada dalam hati ini. Aku hanya bisa memandang fotonya, mengagumi wajahnya yang begitu manis dan kesederhaannya yang terlihat dari senyum mengembangnya. Foto yang ia kirim seminggu yang lalu ke emailku. Hal itu, semakin menyakinkan aku atas perasaanku kepadanya. Bahwa aku benar-benar mencintainya.
Hugh….. nikmat sekali cinta ini. Aku akan ungkapkan rasa ini nanti. Ya.. nanti malam aku akan bilang kalau aku sayang dan cinta padanya dan aku akan melamarnya setelah lulus S1 ini. Aku akan segera pulang ke Indonesia dan meminta Ustad Faiz untuk melamarkan dia. Karena Ustad Faiz adalah guruku dan gurunya. Beliau adalah menantu kiyai di pesantren.
Angin begitu dingin merasuk ketulangku, dadaku semakin sesak, aku sangat merindunya. Kapan malam datang inginku segera ungkapkan rasaku kepadanya. Nafasku mulai tersengal-sengal dengan dada yang semakin sesak dan sakit. Tapi semua itu tak ku hiraukan yang ada dalam banyangan adalah wajah Anna. Hanya Anna.. dan Anna… aku merindumu An, aku mencintaimu An. Suhu tubuhku begitu dingin. Malam cepatlah kau datang! -malam cepatlah kau datang!! Kuucap berulang kali dengan menyebut nama kekasihku Anna. Tak ada nafas lagi, badanku sangat dingin dan kaku. Akhirnya malam tak kujumpa dan cintaku tak sampai pada Anna.
“LuMoetz”
0 komentar:
Posting Komentar