Selasa, 15 Juni 2010

Alfa Senyumku

Alfa Senyumku
Malam ini tak ada sinar yang ku dapat dari bulan. Sang bulan sedang bersembunyi di peraduannya. Membuat diriku semakin gundah dan gelisa. Gara-gara masalah tadi pagi di sekolah aku jadi begini. Aku bingung harus menjawab apa iya atau tidak. Aku tak sebanding dengan dengannya, dia anak orang kaya. Sedang aku, aku tak ada apa-apanya sama sekali. Aku sekolah juga karena mendapatkan beasiswa, orang tuaku kurang mampu untuk membiayai sekolahku. Beasiswa itu akan selalu diterima jika prestasiku selalu bagus.
"Alfa, kamu memang tampan, baik, gaul dan juga pintar. Banyak cewek-cewek di sekolah yang mengagumimu. Setiap kamu lewat depan mereka, mereka semua pasti diam tak berkutik melihatmu terkadang ada juga yang teriak histeris menyebut namamu karena saking ngefansnya sama kamu," gumamku dalam hati sambil melihat langit yang sedang muram.
***
"Nin…, kamu dicari Alfa. Kamu ditunggu di kantin," beritahu Niken sambil menepuk pundakku.
"oh… iya, makasih ya… Ken," ucapku sambil memasukkan buku dan bolpoin karena jam istirahat juga sudah dimulai.
Setelah aku selesai merapikan buku dan alat tulisku ke dalam tas. Kemudian aku menemui Alfa di kantin. "hemm…. Aku merasa gugup dan bingung nanti pasti dia menanyakan jawaban apakah aku menerima cintanya atau tidak," gumamku dalam hati sambil mataku melihat kanan-kiri mencari Alfa.
Dengan agak tergesa-gesa dan sedikit gugup aku dekati Alfa yang sedang duduk sendiri di meja pojok di bawah pohon rindang itu. Dia terlihat sangat tampan. Cewek-cewek di meja sebelahnya dari tadi melirik ke arahnya sambil membicarakannya. Aku tak bisa membayangkan ketika mereka tahu kalau Alfa sedang duduk menungguku. Mereka pasti akan mengejekku tak karu-karuan. Cewek-cewek itu anak kelas 3 IPS, anak orang kaya semua, gaul habis, setiap minggunya mereka se-geng biasa mengahabiskan waktunya untuk bersenang-senang dan hura-hura di mall, diskotik, kafe atau restoran, dan tempat-tempat hiburan lainnya. Lima cewek sekawanan itu kemana-mana selalu bareng dari mulai berangkat sekolah, pulang, ngerjakan PR, dan jalan-jalan.
"Nina…," panggil Alfa dengan sedikit teriak.
"ugh… semakin bingung aku nanti harus ngomong apa ke dia," gumamku dalam hati serambi kuanggukkan kepala sebagai isyarat jawaban atas panggilannya.
Mendengar Alfa berteriak memanggilku, lima cewek se-geng itu menoleh ke arahku semua dengan begitu heran dan kagetnya. Kemudian mereka saling menggerutu dan mulai bergosip. Entah apa yang diomongkan tentang aku dan Alfa.
Setelah aku sampai di meja pojok itu Alfa langsung mempersilahkan aku duduk disampingnya dan dia segera menawariku untuk pesan makanan dan minuman. Tak pikir panjang aku langsung memesan semangkok bakso dengan segelas es jeruk manis. Sedangkan Alfa pesan semangkok bakso dan segelas jus alpukat. Sambil menunggu pesanan dating Alfa memulai pembicaraan kita. Dia terlihat sangat gugup, begitu pula aku.
"Nin, apakah kamu sudah memikirkan tentang omonganku kemarin, soal perasaanku kepadamu?", ucap Alfa dengan wajah agak memerah karena malu dan gugup.
"ehmm… iya sudah," jawabku dengan agak terbata-bata karena gugup.
"apa jawabannya?",
"iy….ya… aku mau jadi pacarmu," jawabku dengan suara pelan dan malu-malu. Disambut mbak Rina yang sengaja batuk-batuk di belakangku karena mendengarkan pembicaraanku dengan Alfa. Sambil menaruh dua mangkok bakso, segelas es jeruk, dan jus alpukat mbak Rina memberi ucapan selamat kepada kita dan berteriak kalau sekarang ada yang habis jadian sehingga membuat anak-anak yang ada di kantin menoleh kea rah aku dan Alfa termasuk lima cewek se-geng itu, mereka berlima melihatku dengan wajah sinis dan tak bersahabat.
"Makasih ya… Nin, aku sayang banget sama kamu sejak aku melihatmu dalam lomba pidato bulan Agustus tahun kemarin. Kamu berbeda sekali dengan cewek-cewek yang pernah ku kenal. Kamu sangat manis, cantik, sederhana, baik, dan juga pintar. Aku suka dengan cewek sepertimu," ucap Alfa dengan senyum mengembang di pipinya.
"Makasih juga Fa, aku juga suka dan sayang sama kamu''
"jadi sekarang kita sudah resmi jadian kan!?", sahut Alfa dengan penuh riang.
"he…em…," jawabku dengan tenang dan senyum kebahagiaan sambil menikmati enaknya bakso dan segelas es jeruknya kantin ala mbak Rina.
***
Cuaca hari sangat indah seindah hatiku yang selalu dihiasi dengan cinta dari pujaan hatiku yaitu Alfa Saputra. Aku sayang sekali sama dia. Hari minggu dengan cuaca yang cerah ini membuatku pengen jalan-jalan berdua dengan Alfa. Namun, setiap hari minggu hari libur sekolah aku tidak bisa bertemu dengan Alfa karena aku harus membantu ibu masang kancing untuk baju jahitan pesenan pelanggan ibu sehingga aku jarang sekali dan hamper tidak pernah keluar atau jalan-jalan pada hari minggu. Aku rindu dengan Alfa, ketika aku melihatnya dari kejauhan disaat dia sedang latihan basket bersama teman-temannya. Melihat senyumnya membuat aku selalu bersemangat untuk menjalani hidup ini. Sehari-hari ibu hanya bekerja sebagai tukang jahit. Sedangkan ayah. Aku tak tahu dimana dia sekarang. Setelah kecelakaan pesawat yang terjadi tiga tahun lalu kabar ayah tak ada lagi. Ayah juga tak diketemukan samapi sekarang.
Aku harus tegar dan tetap semangat untuk menjalani hidup ini walau aku hanya seorang diri diri bersama ibuku tercinta. Apalagi sekarang ada Alfa yang selalu ada bersamaku dan selalu memberi semangat kepadaku. Selalu membuatku tersenyum dan yang terpenting dia menerima aku apa adanya dengan keadaanku yang serba kekurangan seperti ini. Ketika sedih dia selalu hadir menghiburku. Senyum cintanya selalu hidup di dalam sanubariku. Aku sangat menyayangimu Alfa. Terima kasih Tuhan Engkau telah memberi Alfa sebagai senyum semangatku.

Lumoetz ZR

0 komentar:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites